Selasa 27 Jun 2023 13:42 WIB

Putin Beri Tiga Opsi kepada Anggota Grup Wagner

Wagner bisa bergabung dengan tentara, kembali ke keluarga atau pergi ke Belarusia

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (26/6/2023) menyampaikan pidato pertamanya sejak pemberontakan singkat yang dipimpin oleh kepala tentara bayaran Grup Wagner, Yevgeny Prigozhin
Foto: Russian Presidential Press Service via AP
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (26/6/2023) menyampaikan pidato pertamanya sejak pemberontakan singkat yang dipimpin oleh kepala tentara bayaran Grup Wagner, Yevgeny Prigozhin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (26/6/2023) menyampaikan pidato pertamanya sejak pemberontakan singkat yang dipimpin oleh kepala tentara bayaran Grup Wagner, Yevgeny Prigozhin selama akhir pekan. Putin mengatakan, anggota Wagner yang mengambil bagian dalam pemberontakan dapat bergabung dengan tentara atau pulang ke keluarga mereka atau pergi ke Belarusia.

“Kami tahu bahwa sebagian besar pejuang dan komandan kelompok Wagner juga adalah patriot Rusia, mengabdi pada rakyat dan negara mereka.  Mereka membuktikannya dengan keberanian mereka di medan perang (di Ukraina),” kata Putin, dilaporkan Al Arabiya.

Baca Juga

"Hari ini Anda memiliki kesempatan untuk terus melayani Rusia dengan menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan atau lembaga penegak hukum lainnya, atau kembali ke keluarga dan teman Anda, atau siapa pun yang mau bisa pergi ke Belarusia. Saya ulangi, pilihan ada di tangan Anda, tetapi saya yakin itu akan menjadi pilihan tentara Rusia yang telah menyadari kesalahan tragis mereka," ujar Putin.

Putin mengatakan, dia memberi perintah untuk menghindari pertumpahan darah sejak awal pemberontakan. Putin juga memberikan kesempatan kepada pasukan Wagner untuk memikirkan kembali pemberontakan mereka dan implikasinya bagi negara. Putin juga menuduh Ukraina dan Barat ingin melihat tentara Rusia saling membunuh.

"Mereka bermimpi membalas dendam atas kegagalan mereka di depan dan serangan balik, tetapi mereka salah perhitungan," ujar Putin.

Putin memuji sikap patriotik warganya saat terjadi pemberontakan oleh pasukan Grup Wagner. Putin mengatakan, solidaritas sipil telah menunjukkan bahwa upaya apapun untuk menciptakan kekacauan internal pasti akan gagal. Putin juga memberi hormat kepada tentara, personel pertahanan dan keamanan.

“Saya berterima kasih kepada semua personel militer, petugas penegak hukum, layanan khusus kami yang menghalangi para pemberontak, tetap setia pada tugas, sumpah, dan rakyat mereka. Keberanian dan pengorbanan diri dari pilot-pahlawan yang gugur menyelamatkan Rusia dari konsekuensi tragis yang menghancurkan," ujar Putin.

Dalam pidatonya, Putin tidak secara langsung menyebut Prigozhin sebagai pengkhianat. Putin mengatakan, para penyelenggara pemberontakan bersenjata telah mengkhianati negara dan rakyat. Mereka juga terlibat dalam kejahatan.  

Pada Jumat (23/6/2023) malam, Prigozhin mengerahkan angkatan bersenjata lengkapnya untuk beraksi di jalan-jalan Rusia.  Selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, dia berargumen bahwa perang Rusia di Ukraina sangat buruk dan para elite tidak peduli berapa banyak nyawa orang Rusia yang hilang.

Namun pasukan Grup Wagner mundur dari markas militer Rusia di Rostov-on-Don pada Sabtu (24/6/2023). Pasukan Wagner mundur setelah menyetujui kesepakatan bahwa mereka akan berada di Belarusia, dan Rusia tidak mengambil  tindakan hukum apa pun terhadap pasukan Wagner. Prigozhin mengatakan, pemberontakan itu tidak bertujuan untuk kudeta melainkan aksi protes semata.

“Tujuan pawai adalah untuk mencegah penghancuran kelompok Wagner. Kami pergi untuk menunjukkan protes kami, bukan untuk menggulingkan pemerintah negara,” kata Prigozhin dalam sebuah pernyataan di Telegram.

Pemberontakan Prigozhin berdampak besar di Rusia dan internasional.  Konsensus umum di antara politisi dan analis adalah pemberontakan telah melemahkan Putin. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keputusan Putin pada saat kritis, terutama ketika pasukannya menghadapi serangan balasan yang intens di Ukraina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement