Rabu 28 Jun 2023 15:23 WIB

Presiden Belarusia Minta Putin tak Bunuh Pemimpin Wagner

Lukashenko disebut telah mengenal Prigozhin selama 20 tahun.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan dia telah meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak membunuh pemimpin pasukan Wagner, Yevgeny Prigozhin.
Foto: Vyacheslav Viktorov via AP
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan dia telah meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak membunuh pemimpin pasukan Wagner, Yevgeny Prigozhin.

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan dia telah meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak membunuh pemimpin pasukan Wagner, Yevgeny Prigozhin. Pekan lalu Prigozhin diketahui memimpin aksi pembelotan untuk menggulingkan petinggi militer Rusia.

“Saya berkata kepada Putin: kita bisa menyia-nyiakan (Prigozhin), tidak masalah. Jika tidak pada percobaan pertama, maka pada percobaan kedua. Saya mengatakan kepadanya: jangan lakukan ini,” kata Lukashenko saat bertemu para pejabat keamanan Belarusia, Selasa (27/6/2023).

Baca Juga

Pasca pembelotan, Lukashenko, yang memediasi Rusia dan Wagner, bersedia menampung Prigozhin di negaranya. Prigozhin pun dilaporkan telah tiba di Belarusia pada Selasa.

Kendati demikian, Lukashenko menyebut, dia tidak akan membangun tempat atau kamp khusus untuk Prigozhin dan tentara Wagner yang memutuskan ikut dengannya.

“Kami menawarkan mereka salah satu pangkalan militer yang ditinggalkan. Tolong, kami memiliki pagar, kami memiliki segalanya, bangun tenda Anda,” kata Lukashenko.

Lukashenko disebut telah mengenal Prigozhin selama 20 tahun. Pemimpin Belarusia itu memutuskan turun tangan dan membantu proses mediasi Kremlin dengan Wagner saat pembelotan terjadi pekan lalu. Kesepakatan pun tercapai.

Prigozhin akhirnya mengakhiri aksi pembelotan dan menarik seluruh tentara Wagner yang bergerak menuju Moskow. Berdasarkan kesepakatan, Rusia pun berjanji tidak menghukum Prigozhin dan seluruh tentara Wagner yang terlibat dalam pemberontakan.

Pada Senin (26/6/2023) lalu, Vladimir Putin berjanji akan memenuhi janjinya perihal tidak akan menghukum anggota pasukan Wagner yang terlibat dalam aksi pembelotan pekan lalu. Hal itu menjadi bagian dari kesepakatan antara Rusia dan Wagner yang dimediasi Alexander Lukashenko.

“Hari ini Anda (anggota Wagner) memiliki kesempatan untuk terus melayani Rusia dengan menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan atau lembaga penegak hukum lainnya, atau untuk kembali ke keluarga serta orang yang Anda cintai. Siapa pun yang mau (juga) bisa pergi ke Belarusia,” kata Putin dalam pidatonya pada Senin malam lalu, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.

“Janji yang saya buat akan dipenuhi. Saya ulangi, pilihan ada di tangan Anda, tapi saya yakin itu akan menjadi pilihan tentara Rusia yang menyadari kesalahan tragis mereka,” tambah Putin.

Putin pun menyampaikan terima kasih kepada anggota dan komandan Wagner yang memutuskan mengakhiri aksi pembelotan sebelum pertumpahan darah terjadi. Ia juga mengapresiasi prajurit Wagner yang sedari awal memilih untuk tidak terlibat dalam pembelotan tersebut.

Menurut Putin, mayoritas besar anggota dan komandan Grup Wagner juga merupakan patriot Rusia. Mereka mengabdi pada rakyat serta negara. Hal itu dibuktikan dengan keterlibatan dan keberanian mereka di medang perang.

Dia memperingatkan bahwa rezim “neo-Nazi” di Ukraina dan penyokongnya, yakni Barat, mengharapkan adanya perang atau pertumpahan darah di internal Rusia. "Mereka ingin tentara Rusia saling membunuh, membunuh personel militer dan warga sipil, sehingga pada akhirnya Rusia akan kalah, dan masyarakat kita akan terpecah, tercekik oleh perselisihan sipil berdarah. Mereka menggosok tangan, bermimpi membalas dendam atas kegagalan mereka di depan dan selama apa yang disebut serangan balik, tetapi mereka salah perhitungan," ucap Putin.

Putin berterima kasih kepada rakyat Rusia atas daya tahan, solidaritas, dan patriotisme mereka dalam menghadapi pemberontakan Grup Wagner. "Solidaritas sipil ini telah menunjukkan bahwa setiap pemerasan, setiap upaya untuk menciptakan kekacauan internal pasti akan gagal," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement