REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdana Menteri Selandia Baru Chris Hipkins melakukan pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping di Beijing, Selasa (27/6/2023). Pada kesempatan itu, Hipkins menyebut Cina dapat memainkan peran konstruktif dalam konflik Rusia-Ukraina.
Menurut keterangan yang dirilis kantor perdana menteri Selandia Baru, dalam pertemuan dengan Xi, Hipkins membahas berbagai kerja sama bilateral, antara lain perdagangan, pendidikan, sains, inovasi, dan pariwisata. Mereka pun turut mendiskusikan tentang perkembangan di lingkup global.
Salah satu topik yang diangkat Chris adalah tentang konflik Rusia-Ukraina. “(Chris) berbicara tentang peran konstruktif yang dapat dimainkan Cina dalam mengatasi tantangan global bersama seperti perubahan iklim dan perang di Ukraina,” tulis kantor perdana menteri Selandia Baru dalam keterangannya.
Sementara itu, terkait kunjungan Chris, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning mengungkapkan, Cina dan Selandia Baru adalah mitra kerja sama penting satu sama lain.
“Kami siap bekerja sama dengan Selandia Baru atas dasar saling menghormati dan saling menguntungkan, meningkatkan pertukaran dan kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, dan bidang lainnya, serta mempererat hubungan bilateral lebih lanjut,” ucapnya pada Selasa lalu.
Terkait perang Rusia-Ukraina, Cina telah menyatakan bahwa mereka mengambil sikap netral dan tidak memihak salah satu negara. Namun, Beijing berupaya mendamaikan Moskow dan Kiev.
Pada peringatan satu tahun perang Rusia-Ukraina 24 Februari 2023 lalu, Cina merilis dokumen bertajuk merilis dokumen bertajuk China’s Position on the Political Settlement of the Ukraine Crisis. Dokumen itu berisi 12 poin usulan Cina untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.
Ke-12 poin tersebut yakni, menghormati kedaulatan semua negara, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, menghentikan permusuhan, melanjutkan pembicaraan damai, menyelesaikan krisis kemanusiaan, melindungi warga sipil dan tahanan perang, menjaga keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir, mengurangi risiko strategis seperti penggunaan senjata nuklir dan senjata kimia, memfasilitasi ekspor gandum, menghentikan sanksi sepihak, menjaga stabilitas industri dan rantai pasok, serta mempromosikan rekonstruksi pasca-konflik.
Cina telah berulang kali menyatakan pendekatan sanksi tidak akan bisa menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.