Keluarga remaja yang menjadi korban penembakan polisi dan pengacara mereka mengatakan, insiden penembakan tidak terkait dengan ras. Namun kematian korban telah mengobarkan ketegangan di lingkungan imigran. Anak-anak imigran yang lahir di Prancis mengatakan, mereka sering direndahkan oleh polisi ketimbang orang kulit putih atau mereka yang berada di lingkungan yang lebih makmur.
“Kita harus lebih dari sekadar mengatakan bahwa segala sesuatunya perlu ditenangkan. Masalahnya di sini adalah bagaimana kita membuatnya sehingga kita memiliki kepolisian yang, ketika mereka melihat orang kulit hitam dan Arab, tidak cenderung meneriaki mereka, menggunakan istilah rasis terhadap mereka dan dalam beberapa kasus, menembak kepala mereka," kata Kepala kelompok kampanye SOS Racisme, Dominique Sopo.
Prache, jaksa penuntut Nanterre, mengatakan petugas berusaha menghentikan Nahel karena dia terlihat sangat muda dan mengendarai Mercedes dengan plat nomor Polandia di jalur bus. Nahel menerobos lampu merah untuk menghindari polisi. Nahel berhasil dihadang polisi karena terjebak macet. Kedua petugas yang terlibat mengatakan, mereka menarik senjata untuk mencegah Nahel melarikan diri.
Seorang petugas melepaskan satu tembakan karena khawatir dia dan rekannya atau orang lain dapat tertabrak mobil yang dikendarai Nahel. Petugas mengatakan, mereka merasa terancam saat mobil melaju.
Tuduhan awal investigasi sangat mencurigai adanya kesalahan tetapi perlu menyelidiki lebih lanjut sebelum mengirim kasus ke pengadilan. Petugas polisi yang melepaskan tembakan saat ini dalam penahanan sementara. Pihak berwenang belum merilis nama petugas tersebut.