Senin 03 Jul 2023 12:47 WIB

Pemberontakan Grup Wagner Coreng Stabilitas Pemerintahan Putin

Pemberontakan tersebut sangat melemahkan Putin.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Prajurit dari perusahaan militer swasta (PMC) Grup Wagner mengendarai tank bertuliskan Siberia di sebuah jalan di pusat kota Rostov-on-Don, Rusia selatan, 24 Juni 2023.
Foto: EPA-EFE/ARKADY BUDNITSKY
Prajurit dari perusahaan militer swasta (PMC) Grup Wagner mengendarai tank bertuliskan Siberia di sebuah jalan di pusat kota Rostov-on-Don, Rusia selatan, 24 Juni 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Mantan perdana menteri Rusia, Mikhail Kasyanov mengatakan, pemberontakan bos tentara bayaran Grup Wagner, Yevgeny Prigozhin menghancurkan mitos dari stabilitas yang digambarkan oleh Presiden Vladimir Putin. Menurut Kasyanov pemberontakan tersebut sangat melemahkan Putin.

“Dampak utamanya sangat mudah dan sangat sederhana, yaitu stabilitas Putin,” kata Kasyanov dalam wawancara dengan outlet berita Jerman DW.

Baca Juga

Kasyanov menambahkan, selama 20 tahun propaganda Rusia berusaha meyakinkan orang-orang bahwa dasar utama pemerintahan Putin adalah stabilitas dan potensi kemakmuran. Kasyanov yang menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 2000 hingga 2004.

Pada Jumat (23/6/2023) malam, Prigozhin mengerahkan angkatan bersenjata lengkapnya untuk beraksi di jalan-jalan Rusia  Selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, dia berargumen bahwa perang Rusia di Ukraina sangat buruk dan para elit tidak peduli berapa banyak nyawa orang Rusia yang hilang.

Namun pasukan Grup Wagner mundur dari markas militer Rusia di Rostov-on-Don pada Sabtu (24/6/2023). Pasukan Wagner mundur setelah menyetujui kesepakatan bahwa mereka akan berada di Belarusia, dan Rusia tidak mengambil  tindakan hukum apa pun terhadap pasukan Wagner. Prigozhin mengatakan, pemberontakan itu tidak bertujuan untuk kudeta melainkan aksi protes semata.

“Tujuan pawai adalah untuk mencegah penghancuran kelompok Wagner. Kami pergi untuk menunjukkan protes kami, bukan untuk menggulingkan pemerintah negara,” kata Prigozhin dalam sebuah pernyataan di Telegram.

Pemberontakan Prigozhin berdampak besar di Rusia dan internasional.  Konsensus umum di antara politisi dan analis internasional adalah pemberontakan itu telah melemahkan Putin. Mereka mempertanyakan tentang keputusan tangan besi Putin pada saat kritis, ketika pasukannya menghadapi serangan balasan yang intens di Ukraina.

"Prigozhin berhasil menghancurkan mitos ini, citra stabilitas ini," ujar Kasyanov.

Setelah pemberontakan singkat Prigozhin, kepemimpinan Rusia dengan cepat bergerak untuk memproyeksikan kemiripan stabilitas, ketenangan, dan kontrol. Dalam pidatonya, Putin menekankan pentingnya persatuan dan patriotisme dalam menghadapi upaya musuh untuk menggoyahkan negara dan memecah belah masyarakatnya.  

Sementara itu, Menteri Pertahanan Sergey Shoigu membuat penampilan publik pertamanya sejak pemberontakan. Dalam sebuah video, Shoigu mengunjungi pasukan Rusia di Ukraina.

Selain itu, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengambil bagian dalam wawancara profil tinggi dan dipublikasikan dengan baik. Lavrov membuat pernyataan yang dibuat dengan hati-hati untuk mengecilkan skala dan dampak dari insiden pemberontakan tersebut.

Dia menekankan kekokohan dan ketahanan negara Rusia dalam menghadapi tantangan. Secara keseluruhan, kepemimpinan puncak Rusia menggunakan setiap instrumen di kotak peralatan mereka untuk menciptakan citra otoritas yang pantang menyerah, mempromosikan persatuan nasional, dan menegaskan kendali mereka atas aparat keamanan negara. 

"Konflik di antara bawahan, dengan salah satu dari mereka mengirim pasukan untuk berbaris di ibu kota, tidak terlihat bagus untuk diktator mana pun. Saya mengantisipasi bahwa sekarang mungkin ada gerakan lain yang lebih terencana melawan Putin dari dalam pasukan reguler," ujar pakar kebijakan luar negeri Rusia dan rekan senior nonresiden di Dewan Atlantik, Mark N. Katz kepada Al Arabiya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement