Selasa 04 Jul 2023 02:02 WIB

UNESCO Tetapkan Pidato Soekarno dan Hikayat Aceh Sebagai Ingatan Kolektif Dunia

Pertemuan pertama Gerakan Non Blok juga ditetapkan sebagai ingatan kolektif dunia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Seorang pemuda membawa Garuda Pancasila di depan layar yang menampilkan Proklamator Soekarno.
Foto: ANTARA/Jessica Helena Wuysang
Seorang pemuda membawa Garuda Pancasila di depan layar yang menampilkan Proklamator Soekarno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) telah menetapkan tiga arsip sejarah Indonesia sebagai Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the World). Ketiga arsip itu adalah pidato Presiden Soekarno bertajuk To Build the World a New, Pertemuan Pertama Gerakan Non-Blok, dan Hikayat Aceh.

Wakil Tetap Indonesia di UNESCO Prof Ismunandar menyerahkan tiga sertifikat Ingatan Kolektif Dunia UNESCO tersebut kepada Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Teuku Faizasyah. Prosesi penyerahan berlangsung di Gedung Utama Kemenlu RI di Jakarta, Senin (3/7/2023).

Baca Juga

“Dengan ditetapkannya tiga arsip bersejarah ini sebagai Ingatan Kolektif Dunia, Indonesia kembali berhasil memperkenalkan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam dokumen-dokumen tersebut kepada dunia. Selain itu, penghargaan ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam upaya pelestarian dan promosi kekayaan budaya serta sejarah nasional dan dunia,” ungkap Kemenlu RI dalam keterangannya.

Pidato Presiden Soekarno bertajuk To Build the World a New, Pertemuan Pertama Gerakan Non-Blok, dan Hikayat Aceh ditetapkan Ingatan Kolektif Dunia pada Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 yang dilaksanakan di Paris, Prancis, pada 10-14 Mei 2023.

“Perlu diingat juga bahwa penepatan ini bukan merupakan tujuan akhir, melainkan bagian dari langkah bersama untuk menjaga nilai sejarah kita hingga generasi-generasi yang akan datang. Semoga penetapan ini menjadi keberlanjutan pengakuan UNESCO atas hal penting lainnya di Indonesia,” kata Teuku Faizasyah dalam pernyataannya yang dikutip Kemenlu RI.

Saat ini terdapat 496 dokumen Ingatan Kolektif Dunia UNESCO. Sebanyak 11 di antaranya dimiliki Indonesia, termasuk ketiga arsip yang baru saja ditetapkan. Sementara delapan dokumen lainnya adalah Arsip VOC, Arsip Konferensi Asia-Afrika, Babad Diponegoro, Arsip Konservasi Borobudur, Arsip Tsunami, La Galigo, Nagarakertagama, dan Cerita Panji.

Selain pidato Presiden Soekarno bertajuk To Build the World a New, Pertemuan Pertama Gerakan Non-Blok, dan Hikayat Aceh, Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 juga menetapkan empat geopark Indonesia sebagai UNESCO Global Geopark. Mereka adalah Ijen Geopark, Maros Pangkep Geopark, Marangin Geopark, dan Raja Ampat Geopark.

“Dengan adanya tambahan empat geopark baru ini, Indonesia memiliki 10 dari total 195 UNESCO Geopark di dunia, enam lainnya adalah Batur, Gunung Sewu, Cileteuh, Rinjani, Toba, dan Belitong,” kata Kemenlu RI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement