REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Perusahaan multinasional Unilever dituding sebagai sponsor internasional perang Rusia oleh Pemerintah Ukraina. Tuduhan ini mereka sampaikan setelah produsen produk Marmite, Dove, Domestos tersebut menjadi subjek hukum di Rusia.
Dalam aturan itu, Rusia mewajibkan semua perusahaan besar yang beroperasi di sana, termasuk Unilever berkontribusi langsung pada perang yang dilakukan Rusia di Ukraina, menyusul desakan agar bos baru Unilever, Hein Schumacher, menarik perusahaan itu keluar Rusia.
Namun, bisnis lokal Unilever masih tetap menjual produk-produk esensial dari teh sampai es krim. Terdapat bukti juga yang muncul bahwa Unilever membayar pajak usaha mereka di Rusia sebesar 331 juta dolar AS pada periode tahun lalu.
Menurut laporan laman berita Guardian, Senin (3/7/2023), aturan baru Rusia tersebut juga bisa membuat 3.000 pekerja Unilever masuk wajib militer, mereka tersebar di empat pabrik dan kantor pusat di seantero Rusia.
Follow the Money, kelompok investigasi asal Belanda, mengungkapkan, Unilever Rus, cabang bisnis Unilever yang didaftarkan di Moskow dan Omsk tahun lalu labanya meningkat dua kali lipat jadi 9,2 miliar rubel dan belanja iklan meningkat 10 persen sebesar 21,7 miliar rubel.
Ukraine Solidarity Project (USP), Senin (3/7/2023) memegang billboard di luar kantor pusat Unilever di London, Inggris dengan gambar tentara-tentara Ukraina yang terluka dengan pose seperti iklan Dove. Di bagian atas sebeah kiri tertulis "Helping to fund Russia’s war in Ukraine.”
Juru bicara USP, Valeriia Voshchevska, mengatakan, "Unilever memberikan ratusan juta dolar dalam bentuk pajak pendapatan ke negara yang membunuh warga sipil dan mendanai tentara bayaran yang di Inggris dikategorikan sebagai organisasi teroris.’’
Perusahaan ini, dia menjelaskan, berisiko menempatkan staf dan sumber daya mereka dimobilisasi sebagai mesin Putin dalam perang. Sejumlah perusahaan besar dunia telah meninggalkan Rusia.
Selain Unilever, perusahaan besar lain yang masuk daftar sponsor perang versi Ukraina adalah Procter & Gamble (P&G), produsen terbesar produk perawatan pribadi serta jaringan supermarket Prancis, Leroy Merlin.
Sebelumnya, Unilever menyatakan telah menghentikan seluruh impor dan ekspor produk ke dan keluar Rusia pada Maret tahun lalu. Tak hanya itu, mereka mengeklaim menghentikan semua belanja media dan iklan serta aliran dana.
Alan Jope, bos Unilever yang segera berakhir masa tugasnya, menyatakan jumlah produk yang dijual Unilever di Rusia turun drastis hingga dua kali lipat. Sedangkan peningkatan penjualan, laba, dan belanja iklan itu akibat inflasi dan selisih nilai tukar mata uang.
Pihak Unilever juga menyatakan, terus memasok produk makanan dan produk higienis yang diproduksi di Rusia ke konsumen di sana. Bukan hanya sabun dan sampo, tetapi juga es krim termasuk mereka Magnum dan Cornetto.
Putin menandatangani dekret....