REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Pejabat Ukraina pada Senin (3/7/2023) membahas kemungkinan skenario masa depan mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, di mana Kiev mengeklaim bahwa Rusia sedang mempertimbangkan "serangan teroris."
Pertemuan para pejabat tinggi memutuskan untuk bertukar informasi antara pihak militer dan industri energi guna menganalisis, merencanakan, dan meramalkan kemungkinan peristiwa di PLTN Zaporizhzhia, menurut pernyataan dari Staf Umum Ukraina di Facebook.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa pertemuan tersebut dihadiri oleh Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Valerii Zaluzhnyi, Kepala Staf Umum Ukraina Serhiy Shaptala, kepala penyedia energi nuklir nasional Ukraina Energoatom Petro Kotin, dan kepala PLTN Rivne Pavlo Kovtoniuk.
"Mereka menyepakati kerja sama yang erat dalam mengambil tindakan untuk menanggapi situasi tertentu secara tepat waktu," demikian pernyataan tersebut.
Pada 24 Juni, Zelenskyy mengatakan bahwa intelijen Ukraina menerima informasi bahwa Rusia sedang mempertimbangkan "serangan teroris" pada PLTN Zaporizhzhia yang dapat melibatkan kebocoran radiasi.
Istana Kepresidenan Rusia, Kremlin, mengecam klaim tersebut sebagai "kebohongan", sementara Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut tuduhan tersebut sebagai "provokasi keji."
PLTN Zaporizhzhia, yang terbesar di Eropa dan termasuk di antara 10 PLTN terbesar di dunia telah berada di bawah kendali Rusia sejak Maret tahun lalu, segera setelah dimulainya perang Ukraina.
Sejak saat itu, Moskow dan Kiev saling menuduh melakukan penembakan ke PLTN tersebut.