Rabu 05 Jul 2023 16:39 WIB

Kisah Lain di Balik Kerusuhan Prancis 

Kerusuhan dan kejadian setelahnya mengungkap kemarahan banyak warga Prancis.

Otoritas penegak hukum di Prancis pada Kamis (29/6/2023) menangkap 176 orang dalam kerusuhan yang pecah setelah kematian seorang remaja berusia 17 tahun.
Foto:

Polisi, menurut dia, tak dilatih dengan baik untuk bekerja di wilayah yang sulit. Sejumlah polisi rasis, ada juga yang suka melakukan kekerasan. Mereka ada. ‘’Saya tak mengatakan semua polisi seperti itu tetapi ada yang semacam itu,’’ katanya Rabu. 

Prancis memang telah lama mengagungkan prinsip liberty, equality, fraternity. Namun kenyataannya, warga sulit mendapatkan kondisi seperti slogan tersebut. 

Badan statistik pemerintah menemukan tingkat kematian imigra dari sub Sahara Afrika meningkat dua kali lipat di Prancis dan tiga kali lipat di Paris saat terjadi pandemic Covid-19. Dampak pandemi lebih banyak menghantam orang kulit hitam dan minoritas. 

Riset lainnya mengungkapkan, rasisme terjadi di tempat kerja.’’Padahal selama 40, 45 tahun telah diperingatkan mengenai diskriminasi,’’ kata Abel Boyi, ketua organisasi yang disebut “All Unique, All United” yang mengadvokasi anak-anak muda Prancis mengenal nilai-nilai Republik. 

Boyi yang berkulit hitam, menyatakan klaim tak membedakan warna kulit merupakan ‘’kemunafikan Prancis’’. Ia mengaku kerap membantu anak muda dengan kulit berwarna dan putih yang melamar kerja puluhan kali tetapi tak juga diterima. 

Biasanya, ini disebabkan nama keluarga yang terdengar asing, juga alamat rumah mereka yang dianggap berasal dari lingkungan yang tak bagus. Menurut Boyi, semua ini merupakan tantangan Pranci pada abad 21. 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement