REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina meminta Amerika Serikat (AS) untuk mengambil tindakan praktis sebagai tanggapan atas kekhawatiran utama tentang sanksi perusahaan Cina. Hasil ini setelah Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyelesaikan lebih dari 10 jam pertemuan dengan pejabat senior di Beijing.
Kementerian keuangan Cina menyatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (10/7/2023), Cina setuju untuk mempertahankan pertukaran dan komunikasi tingkat tinggi di semua tingkatan di bidang ekonomi. Hanya saja, Beijing meminta Washington untuk menghentikan penindasan terhadap perusahaannya.
"Mencabut larangan produk terkait Xinjiang dan mengambil langkah konkret untuk menanggapi kekhawatiran utama Cina dalam hubungan ekonomi antara kedua negara," kata Kementerian Keuangan Cina.
AS telah menjatuhkan sanksi pada beberapa perusahaan Cina karena dugaan menggunakan kerja paksa di wilayah barat jauh Xinjiang. Beijing menyangkal penggunaan kerja paksa dan pelanggaran lainnya di wilayah itu.
Kementerian Keuangan Cina mengatakan, Cina percaya perkembangan dalam pembicaraan adalah peluang daripada risiko bagi AS. "Memperkuat kerja sama antara Cina dan AS adalah kebutuhan yang realistis dan pilihan yang tepat dari kedua negara," ujar lembaga itu.
Yellen meninggalkan Beijing pada Ahad (9/7/2023), setelah kunjungan empat hari. Dia menggambarkan pertemuan bilateralnya dengan pejabat senior Cina sebagai tepat, substantif, dan produktif.
Menurut Yellen, AS dan Cina tetap berselisih dalam sejumlah masalah. Namun, keyakinannya menunjukan kunjungan itu telah memajukan upaya AS untuk menempatkan hubungan kedua negara pada pijakan yang lebih pasti.
"Tapi, Presiden (Joe) Biden dan saya tidak melihat hubungan antara AS dan Cina melalui kerangka konflik kekuatan besar. Kami percaya bahwa dunia cukup besar bagi kedua negara kami untuk berkembang," ujar menteri keuangan AS itu.