Rabu 12 Jul 2023 12:43 WIB

Tidak Ada Korban WNI dalam Bencana Banjir di Vermont AS

KJRI mengimbau kepada WNI di Vermont maupun di wilayah AS lainnya waspada

Ttidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban banjir besar di negara bagian Vermont, Amerika Serikat (AS)
Foto: AP
Ttidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban banjir besar di negara bagian Vermont, Amerika Serikat (AS)

REPUBLIKA.CO.ID, MONTPELLIER - Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI dan BHI) Kemenlu RI Judha Nugraha mengatakan, tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban banjir besar di negara bagian Vermont, Amerika Serikat (AS). Banjir besar terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi di wilayah tersebut.

"Konsulat Jenderal RI (KJRI) New York telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan simpul komunitas Indonesia di wilayah terdampak dan hingga saat ini tidak terdapat informasi adanya WNI yang menjadi korban luka atau meninggal," kata Judha dalam keterangan kepada media pada Rabu (12/7/2023).

Judha mencatat terdapat hanya satu WNI yang menetap di Vermont. Kendati demikian, KJRI mengimbau kepada WNI di Vermont maupun di wilayah AS lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan mengingat curah hujan yang masih tetap tinggi.

"WNI diimbau juga terus memantau informasi dan arahan dari otoritas setempat dan segera menghubungi hotline KJRI NY jika mengalami situasi darurat. Hotline KJRI NY +1 (347) 806-9279," ujar Judha Nugraha.

Pemerintah AS telah mengumumkan status keadaan darurat Vermont mengenai banjir dan curah hujan tinggi di wilayah tersebut. Sebuah bendungan di hulu dari ibu kota negara bagian Vermont bertahan pada kapasitas maksimum pada Selasa (11/7/2023) waktu setempat.

Ini terjadi setelah banjir menggenangi jalan raya yang mengarah ke Montpellier hingga menjebak orang-orang di rumah mereka. Bendungan Wrightsville, yang membentuk waduk 6,4 km utara Montpelier, mendekati titik di mana saluran air perlu mengalirkan air ke Cabang Utara Sungai Winooski.

Layanan Cuaca Nasional AS mengatakan, banjir ini adalah bencana besar di distrik pusat kota Montpelier yang terkenal indah. Banjir dikatakan mencapai jendela bisnis dan bagian atas kendaraan.

"Jangan salah, kehancuran dan banjir yang kami alami di Vermont adalah sejarah dan bencana besar," kata Gubernur Vermont Phil Scott dalam jumpa pers.

Manajer Kota Montpelier William Fraser dalam sebuah postingan Facebook mendesak 8.000 orang kota untuk bersiap pindah ke lantai atas rumah mereka. Hal ini karena penutupan jalan raya membuat evakuasi sulit atau tidak mungkin.

Di seluruh negara bagian, tim pencari telah menyelamatkan 117 orang dari rumah dan mobil mereka dengan perahu cepa. Tim penyelamat menerjunkan panggilan bahwa lebih banyak orang terjebak di rumah mereka di daerah terpencil.

Pejabat Vermont menyebut banjir itu sebagai yang terburuk sejak Badai Irene mencapai negara bagian New England sebagai badai tropis pada 2011. Kala itu bencana tersebut menyebabkan kerusakan sekitar 750 juta dolar AS dan tujuh kematian di negara bagian itu.

Menurut Dewan Kota Montpelier Conor Casey, topografi kota yang berbatasan dengan perbukitan dengan pusat kota di lembah meningkatkan potensi banjir. "Saya dan istri saya tinggal tepat di sungai dan jaraknya sekitar dua kaki dari ruang tamu," kata Casey. "Kami agak terbiasa dengan Irene, jadi tidak sepenuhnya asing, tapi menurutku hal yang menakutkan adalah sejauh ini rasanya sedikit lebih buruk, ujarnya.

Banjir tersebut juga berdampak pada ekonomi regional. Peramal swasta AccuWeather memperkirakan kerusakan dan kerugian ekonomi mencapai 3-5 miliar dolar AS.

Di sisi lain, sebagian besar hasil panen di Boyd Family Farm di Wilmington, Vermont, hilang diterjang badai. "Kami kehilangan semua sayuran dan hanya blueberry kami yang tersisa, dan semua sayuran, tomat, paprika, bawang putih," kata Janet Boyd, warga Vermont di ujung selatan Green Mountains yang memiliki bisnis pertanian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement