Jumat 14 Jul 2023 15:32 WIB

Kenapa Remaja-Remaja Jenin Memimpikan Syahid?

Mereka tahu ada kemungkinan berhadapan dengan pasukan Israel dan meninggal.

Seorang wanita Palestina berjalan di jalan yang rusak di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat, Rabu, (5/7/2023).
Foto: AP/Majdi Mohammed
Seorang wanita Palestina berjalan di jalan yang rusak di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat, Rabu, (5/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JENIN -- Anak-anak remaja di Jenin, Tepi Barat tak ragu menjawab ketika ditanya kelak ingin menjadi apa. ‘’Martir (syahid)’’ jawab mereka serempak. Istilah tersebut selama ini digunakan warga Palestina untuk menggambarkan siapapun yang terbunuh Israel. 

Namun saat ditanya hendak jadi apa jika mereka tak hidup di bawah pendudukan Israel seperti saat ini, tujuh remaja berusia 14-18 tahun itu terdiam malu di ruang tamu kecil sebuah apartemen di kamp pengungsi Jenin. Mereka tak menjawab pertanyaan itu.

Baca Juga

Alih-alih, mereka mulai mengisahkan bagaimana mereka membantu pejuang palestina melawan serangan besar Israel yang dilakukan sekitar 1.000 tentara dengan kendaraan lapis baja dan didukung rudal serta drone ke kamp pengungsi Jenin pekan lalu. 

Sebagian lagi menuturkan, mereka mamata-matai posisi pasukan Israel kemudian menyampaikan pesan ke kelompok perlawanan Palestina. Ada juga yang menyatakan membuat molotov. Mereka memaparkan peran apa yang pernah mereka lakukan. 

‘’Kami tak takut. Kami biasa melakukannya,’’ kata Araf, remaja berusia 17 tahun seperti diberitakan laman Aljazirah, Jumat (14/7/2023). Pernyataan Araf mencerminkan keyakinan di antara anak-anak remaja di Jenin, melawan penjajahan merupakan tujuan utama hidupnya. 

Menghadapi prospek masa depan yang belum jelas di tengah pendudukan Israel saat ini, di mata mereka perlawanan merupakan satu-satunya cara melawan realitas di mana pasukan Israel menggeledah dan menghancurkan rumah, menangkap orang tua, bahkan membunuh teman atau kerabat mereka. 

Realitas ini, jelas Samah Jabr yang memimpin departemen kesehatan mental Otoritas Palestina, memiliki arti kematian menjadi skenario riil. ‘’Anak-anak muda ini melihat nasib yang mengelilingi. Mereka tahu ada kemungkinan akan berhadapan dengan militer Israel dan meninggal,’’

Menurut dia, ini bagian dari kenyataan yang mengelilingi mereka. Tak satu hari pun tanpa mendengar jatuhnya korban baru karena pasukan Israel. Kamp pengungsi Jenin yang luasnya tak lebih dari setengah kilometer persegi, kini dihuni 14 ribu orang.

Di kamp Jenin, tingkat pengangguran....

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement