REPUBLIKA.CO.ID, SAINTE-CROIX du VERDON -- Sebuah danau wisata di Prancis selatan, Sainte-Croix-du-Verdon waspada terhadap perubahan iklim. Setelah kemarau panjang yang berkepanjangan di musim panas lalu, kemudian di musim dingin berikutnya, dasar danau yang dulu retak kini kembali diisi dengan air yang berlimpah.
Bendungan melepaskan air ke waduk dengan jadwal yang konsisten untuk kegiatan di danau. Namun operator wisata di danau itu tak ingin terlena. Mereka waspada dengan perubahan iklim yang berujung pada bencana.
“Arung jeram dan kayak itu bagus, tetapi jika besok tidak ada cukup air di sungai, kami harus menemukan kembali diri kami sendiri,” kata Antoine Coudray dari Secret River Tours, yang beroperasi di ngarai Verdon.
Coudry memperkenalkan arung jeram "tahan kekeringan" ke wilayah tersebut selama beberapa tahun terakhir. Hal ini memungkinkan kapal mengapung di perairan yang jauh lebih dangkal di Gorges du Verdon.
“Akhir-akhir ini kita harus sadar bahwa air di sungai akan semakin sedikit untuk kita, jadi kita harus tahu cara beradaptasi,” kata Coudray.
Danau buatan Sainte-Croix merupakan objek wisata yang ramai. Danau ini adalah salah satu dari tiga waduk di kawasan yang dibangun untuk 16 bendungan pembangkit listrik tenaga air. Bendungan memasok 35 persen kebutuhan listrik untuk wilayah tenggara Provence-Alpes-Côte d'Azur.
Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia memperpanjang kekeringan di Prancis selatan. Waduk dikeringkan ke tingkat yang lebih rendah untuk mempertahankan pembangkit listrik dan pasokan air yang dibutuhkan untuk kota-kota terdekat. Hal ini juga berdampak bagi industri pariwisata. Mereka berupaya untuk mempertahankan bisnis wisata danau dalam jangka panjang, tetapi pasokan air tidak dapat diprediksi.
Tiga danau waduk di daerah itu yaitu Serre Ponçon, Castillon, dan Sainte-Croix dengan cepat menjadi daya tarik bagi pecinta alam setelah dibangun pada pertengahan abad ke-20. Mereka dikenal karena airnya yang segar dan jernih di lembah yang dikelilingi pegunungan tinggi. Wilayah ini menarik lebih dari 4,6 juta pengunjung setiap tahun. Sebagian besar wisatawan datang ke danau yang sejuk selama musim panas.
Ketinggian air di waduk diatur dan dikelola oleh raksasa energi nasional EDF, yang mengoperasikan bendungan. Tahun lalu, tingkat air yang rendah karena kurangnya salju dan hujan di musim semi membuat perusahaan terpaksa menggunakan waduk untuk menjaga agar pembangkit listrik tenaga air tetap berjalan dan pipa air di Prancis selatan mengalir untuk konsumsi dan pertanian.
Namun kondisinya terus memburuk. Pada Agustus, Pemerintah Prancis memperingatkan negara itu berada di tengah-tengah gelombang panas keempat. Hal ini menyebabkan pasokan air menipis di tengah suhu yang sangat panas. Bagi banyak orang di industri pariwisata, tingkat air yang rendah tahun lalu sangat mengejutkan.
“Selama 35 tahun bekerja di sini, saya belum pernah melihat tahun seperti tahun lalu. Kami sama sekali tidak siap,” kata Jean-Claude Fraizy yang menjalankan persewaan kano dan kayak di danau Castillon.
Tahun lalu, pendapatan Claude Fraizy menurun 60 persen. “Kalau tidak ada air, tidak ada keinginan (wisatawan) untuk datang ke danau,” katanya.
Prancis mengalami musim kering panjang yaitu selama 32 hari ketika musim dingin tahun lalu. Ini adalah musim kering terpanjang dalam sejarah. Dengan demikian, waduk masih belum pulih sepenuhnya untuk musim panas tahun ini.
Pendiri layanan meteorologi E-Meteo, Paul Marquis mengatakan, salju turun 40 persn lebih sedikit di musim dingin, sehingga hanya mampu menjaga ketinggian air di bawah rata-rata kendati belum lama ini ada hujan.
Ketinggian air di Danau Serre-Poncon hanya mencapai 755 meter selama musim dingin. Hal ini mendorong EDF untuk menahan produksi pembangkit listrik tenaga air, sehingga ketinggian air akan memiliki kesempatan untuk kembali ke tingkat optimal 780 meter pada musim panas.
"Air tanah di wilayah tersebut juga tidak akan terisi kembali dengan cukup cepat, artinya kita dapat melihat pembatasan air diberlakukan selama musim panas," ujar Marquis.
Perusahaan tur sudah bersiap menghadapi kekeringan. Guillaume Requena, seorang pemandu wisata di perusahaan Aquabond Rafting, mengatakan, mereka telah mulai menawarkan tubing, atau aktivitas lain di permukaan air lebih rendah karena dapat mengapung di sepanjang permukaan. Requena menyadari perusahaan wisata perlu mencari solusi jangka panjang dan mencoba memastikan bahwa ketinggian air di waduk dapat dipertahankan.
“Semua aktor yang terpengaruh dengan bagaimana air dikelola di kawasan oleh EDF harus terus bernegosiasi untuk kepentingan mereka sendiri karena perubahan iklim menambah tekanan,” kata Requena.
Requena sadar bahwa menopang industri pariwisata danau berada jauh di bawah daftar prioritas. Karena banyak orang yang bergantung pada bendungan untuk listrik dan air.
“Belum tentu sekitar dua puluh pelaku usaha arung jeram memiliki keputusan akhir dalam pengelolaan sumber daya air. Dalam banyak hal, kami adalah roda terakhir di gerbong ini," ujar Requena.