REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kongres Amerika Serikat (AS) dengan suara bulat meloloskan resolusi pada Selasa (18/7/2023), yang menyatakan Israel bukanlah "negara rasis", yang juga semakin memperkuat dukungan tak tergoyahkan AS kepada Israel. Resolusi ini keluar setelah, pemerintah AS di bawah Joe Biden sempat memiliki relasi buruk dengan pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Netanyahu.
Situasi yang tidak harmonis ini, akibat kekerasan yang dilakukan militer Israel di wilayah pendudukan Palestina, di Jenin, Tepi Barat. Hal ini membuat beberapa anggota Kongres yang muslim dan imigran, termasuk keturunan Arab mengambil langkah mendukung pernyataan Ketua Kaukus Progresif Kongres, Pramila Jayapal yang mengkritik Israel, baru-baru ini.
Namun kritik itu dibalas dengan resolusi oleh mayoritas anggota Kongres yang loyal dengan Israel. Resolusi yang disahkan oleh Kongres AS tersebut disahkan dengan suara 412-9 (412 setuju dan 9 menolak). Mereka yang menolak, termasuk Perwakilan Rashida Tlaib, Alexandria Ocasio-Cortez, Ilhan Omar, Jamaal Bowman, Summer Lee, Cori Bush, Ayanna Pressley, Andre Carson, dan Delia Ramirez memberikan suara "tidak".
Resolusi tersebut, yang diperkenalkan oleh anggota DPR dari Partai Republik Texas, August Pfluger, menyatakan bahwa "Negara Israel bukanlah negara rasis atau apartheid" dan menolak "segala bentuk antisemitisme dan xenofobia, dan Amerika Serikat akan selalu menjadi mitra dan pendukung setia Israel."
Pernyataan tersebut muncul beberapa hari setelah Perwakilan Partai Demokrat Jayapal, yang menentang kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia mengkritik Israel ketika ia berbicara kepada para pengunjuk rasa pro-Palestina yang menyela konferensi Netroots Nation di Chicago pada hari Sabtu (15/7/2023).
"Hai teman-teman, bolehkah saya mengatakan sesuatu? Bolehkah saya mengatakan sesuatu sebagai orang yang pernah berada di jalanan dan telah berpartisipasi dalam banyak demonstrasi?" Kata Jayapal.
"Saya ingin kalian tahu bahwa kami telah berjuang untuk memperjelas bahwa Israel adalah negara rasis, bahwa rakyat Palestina berhak menentukan nasib sendiri dan otonomi, bahwa impian solusi dua negara semakin menjauh dari kami, bahwa hal tersebut bahkan terasa tidak mungkin."
Namun Jayapal menghadapi kritik dari banyak pihak di konferensi tersebut setelah beredarnya video pidatonya yang tersebar luas di media sosial. Kemudian pada hari Ahad (16/7/2023), Jayapal merilis sebuah pernyataan panjang untuk menanggapi dan mengklarifikasi pernyataannya sekaligus membela sentimen yang melatarbelakangi pernyataannya.
Ia mengatakan bahwa ia bermaksud untuk meredakan situasi yang tegang pada konferensi tersebut dan meminta maaf kepada mereka yang mungkin telah terluka oleh pernyataannya. Pada hari Selasa (18/7/2023), Jayapal memberikan suara "ya" untuk resolusi tersebut, yang menurutnya "memiliki motivasi politik yang jelas."
"Saya tidak akan bermain dalam permainan politik pengalihan perhatian Partai Republik yang jelas-jelas lebih mereka sukai daripada melakukan pekerjaan legislasi yang nyata untuk membantu keluarga pekerja dan orang-orang miskin di seluruh negara kita," tulisnya di Twitter.
Resolusi ini muncul beberapa jam setelah pertemuan Presiden Joe Biden dengan Presiden Israel Isaac Herzog di Gedung Putih. Herzog, yang tiba di Washington pada hari Selasa, kemudian menyampaikan pidato bersama kepada Kongres pada hari Rabu (19/7/2023) pagi.
Pidato tersebut akan diboikot oleh para anggota Kongres dari Partai Demokrat yang progresif, termasuk anggota parlemen terkemuka Tlaib, anggota parlemen perempuan Amerika keturunan Palestina pertama di Kongres, Ocasio-Cortez, dan Omar. Keputusan untuk memprotes pidato presiden Israel ini muncul di tengah-tengah perpecahan di kalangan Partai Demokrat dalam mempertahankan dukungan AS yang tak tergoyahkan untuk Israel.