Jumat 21 Jul 2023 19:08 WIB

CIA: Putin Tunggu Waktu yang Tepat Balas Dendam ke Bos Wagner

Pemberontakan Wagner merupakan serangan langsung terhadap Putin.

Presiden Rusia Vladimir Putin
Foto: AP Photo/Pavel Bednyakov, Sputnik
Presiden Rusia Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, COLORADO – Persoalan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Yevgeny Prighozin, bos Wagner, kelompok tentara bayaran belum usai. Menyusul pemberontakan singkat Wagner terhadap Moskow yang menuntut perombakan pimpinan militer Rusia bulan lalu. 

Direktur CIA William Burns menuturkan, Putin mencoba mengulur waktu sambil memikirkan bagaimana cara tepat menangani Prighozin. Sebab, aksi pemberontakan Wagner, sangat mengekspos kelemahan sistem kekuasaan yang telah dibangun Putin. 

Baca Juga

Pemberontakan itu merupakan serangan langsung terhadap Putin yang telah 23 tahun memegang kekusaaan di Rusia. Juga tantangan langsung atas keputusan Rusia berperang di Ukraina, yang Prighozin katakan bahwa perang ini dilakukan di atas kebohongan. 

Hal yang paling menjadi perhatian, Putin merasa terpaksa melakukan kesepakatan dengan orang yang menjadi penyedia katering di Kremlin. 

‘’Pemimpin Rusia itu mungkin masih mencari ganjaran yang tepat terhadap Prighozin. Apa yang kita lihat merupakan persoalan yang rumit,’’ kata Burns pada Aspen Security Forum, Colorado, AS, seperti diberitakan BBC, Kamis (21/7/2023).

Bos Wagner ini, jelas dia, masih mempunyai nilai bagi pengaruh Rusia di sejumlah tempat seperti Afrika, Libya, dan Suriah. Dengan kondisi saat ini, Putin tampaknya berupaya dan memisahkan Wagner dengan pemimpinnya. 

‘’Putin bisa saja menunggu waktu tepat melakukan balas dendam kepada Prighozin,’’ ungkap Burns. Ia menuturkan, Putin adalah sosok yang secara umum berpikir bahwa pembalasan layaknya makanan yang sebaiknya dihidangkan saat dingin. 

Berdasarkan pengalamannya, lanjut dia, Putin selalu membalas dan sebuah kejutan jika Prighozin lolos dari pembalasan. Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden menyarankan Prighozin, berhati-hati karena bisa saja dalam bahaya, diracun oleh Rusia. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement