Senin 24 Jul 2023 12:57 WIB

Demonstrasi Pro-Kontra Perombakan Peradilan Israel

46 persen warga Israel menentang versus 35 persen yang mendukung reformasi yudisial

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Banyak tenda didirikan di taman dekat Knesset atau parlemen Israel untuk memprotes reformasi peradilan Israel
Foto:

Krisis atas reformasi peradilan ini telah menyebar ke militer. Para pemimpin protes mengatakan ribuan sukarelawan cadangan tidak akan melapor untuk bertugas jika pemerintah melanjutkan rencana tersebut.

Mantan petinggi memperingatkan bahwa kesiapan perang Israel bisa berisiko. Netanyahu telah melontarkan ancaman pembangkangan sebagai upaya untuk melemahkan pemerintah terpilih Israel.

Panglima militer Letnan Jenderal Herzi Halevi menulis dalam sebuah surat terbuka, celah berbahaya terbentuk ketika politik berdampak pada militer. "Jika kita tidak memiliki kekuatan pertahanan yang kuat dan bersatu, jika yang terbaik Israel tidak mengabdi ... kita tidak akan lagi bisa eksis sebagai negara di kawasan itu," ujarnya.

Kehebohan tersebut juga telah berkontribusi pada ketegangan dalam hubungan dengan Amerika Serikat. Peristiwa ini semakin memperkeruh usai melonjaknya kekerasan Israel-Palestina dan kemajuan dalam program nuklir Iran. Washington telah mendesak Netanyahu untuk mencari konsensus luas atas setiap reformasi peradilan.

Peristiwa ini menjadi krisis domestik terparah selama masa jabatan keenam Netanyahu sebagai perdana menteri. Pertama kali terpilih ke jabatan puncak pada 1996, Netanyahu sangat dinamis dan terpolarisasi.

Netanyahu mempelopori revolusi pasar bebas di Israel. Dia menunjukkan ketidakpercayaan terhadap perdamaian dengan Palestina yang didukung secara internasional dan negosiasi kekuatan dunia untuk menghentikan program nuklir Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement