REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Kementerian Situasi Darurat Belarusia sedang menyelesaikan pelatihan persenjataan dan militer bagi para personelnya untuk siap membantu kementerian pertahanan dan Kementerian Dalam Negeri apabila terjadi konflik bersenjata dengan Ukraina dan sekutunya. Hal itu disampaikan Kepala Kementerian Darurat Belarusia pada Senin (24/7/2023).
Menteri Darurat Belarusia, Vadim Sinyavsky, mengatakan kepada televisi pemerintah Belarus 1 bahwa para pegawai akan siap membantu kementerian-kementerian tersebut jika terjadi konflik bersenjata atau kerusuhan yang membutuhkan banyak personel.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan, pada awal tahun ini bahwa ia ingin setiap orang dan bukan hanya seorang pria bersiap untuk setidaknya mampu menembakkan senjata untuk menanggapi tindakan agresi. Meskipun tidak mengirimkan pasukannya sendiri ke Ukraina, Lukashenko mengizinkan Moskow menggunakan wilayah Belarusia untuk meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022.
Sejak itu, Belarusia dan Rusia telah mengadakan beberapa latihan militer bersama, dan pada bulan Juni, Lukashenko mengizinkan negaranya digunakan sebagai pangkalan senjata nuklir Moskow, sebuah langkah yang dikecam secara luas oleh Barat.
Lukashenko juga sering bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, di mana perjalanan dua hari terakhir presiden Belarusia ke Moskow yang berakhir pada Senin ini. Kedua pemimpin berbicara tentang kemitraan strategis. Rusia dan Belarus terhubung dalam sebuah kemitraan yang disebut 'negara serikat' di mana Moskow sejauh ini merupakan pemain dominan.
Persepsi bahwa Lukashenko, seorang paria atau pimpinan yang diasingkan di Barat, bergantung pada Putin demi masa depannya. Lukashenko dianggap telah mengipasi ketakutan bagi Kiev bahwa Putin akan menekannya untuk bergabung dengan serangan darat baru dan membuka front baru dalam invasi Rusia yang goyah ke Ukraina.