REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan pada Kamis (27/8/2023), menawarkan keterlibatan Selandia Baru dalam alinasi Amerika Serikat, Inggris, dan Australia (AUKUS). Washington membuka pintu bagi Wellington untuk terlibat dalam proyek pengembangan dan pengadaan senjata.
"Pintu sangat terbuka bagi Selandia Baru dan mitra lainnya untuk terlibat sesuai keinginan mereka untuk maju," kata Blinken dalam konferensi pers di Wellington.
"Kami telah lama bekerja sama dalam masalah keamanan nasional yang paling penting. Dan saat kami mengembangkan AUKUS lebih lanjut, seperti yang saya katakan, pintu terbuka untuk keterlibatan," ujarnya.
Selandia Baru telah mengatakan, pihaknya terbuka untuk diskusi pada tahap kedua AUKUS yang berfokus pada teknologi militer. Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta menegaskan kembali, bahwa pihaknya tidak siap untuk berkompromi atau mengubah posisi bebas nuklirnya. Wellington akan terus mendukung Pasifik yang bebas nuklir.
Meski begitu, Mahuta mengatakan, diskusinya dengan Blinken hangat dan pribadi. Mereka membahas tatanan berbasis aturan internasional, lingkungan global yang semakin diperebutkan termasuk di Pasifik, dan menyoroti komitmen kedua negara terhadap demokrasi dan hak asasi manusia.
Proyek AUKUS multi-tahap yang diumumkan pada Maret direncanakan akan mencapai puncaknya pada akhir 2030-an dan awal 2040-an. Produksi ini melibatkan Inggris dan Australia dan pengoperasian kelas kapal selam baru, SSN-AUKUS, dan termasuk teknologi AS yang canggih.
Kunjungan Blinken ke Selandia Baru selama lebih dari satu hari sebagai bagian dari kunjungan tiga negara ke Pasifik. Dia juga bertemu dengan Perdana Menteri Selandia Baru Chris Hipkins.
Blinken melakukan perjalanan ke Australia pada Kamis malam. Dia akan datang dalam latihan militer Australia-AS akan segera dimulai.
Selandia Baru dan AS menggambarkan hubungan kedua negara sebagai mitra strategis yang dekat. Meskipun pun aliansi kedua negara ditangguhkan pada 1980-an ketika Selandia Baru melarang kunjungan kapal perang bertenaga nuklir atau bersenjata AS.
Hubungan kedua negara menjadi semakin dekat dalam beberapa tahun terakhir karena kekhawatiran bersama tentang kehadiran Cina di Pasifik. AS dan Selandia Baru menyoroti pertahanan dan kepolisian Cina yang berkembang dengan Kepulauan Solomon dan potensi efek destabilisasi di wilayah tersebut.
Mahuta mengatakan, menghormati kemerdekaan Kepulauan Solomon. Selandia Baru juga mendukung perjanjian regional yang meminta negara-negara Pasifik untuk bersatu ketika membuat keputusan yang dapat berdampak pada kawasan.