REPUBLIKA.CO.ID, ST. PETERSBURG -- Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan, Rusia melakukan upaya maksimal untuk mencegah krisis pangan global. Dalam pidato pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rusia-Afrika di St.Petersburg, Putin mengatakan, Rusia berpartisipasi aktif dalam membangun sistem distribusi pangan yang adil.
“Negara kami akan terus mendukung negara bagian dan wilayah yang membutuhkan, khususnya dengan pengiriman kemanusiaannya. Kami berusaha untuk berpartisipasi aktif dalam membangun sistem distribusi sumber daya yang lebih adil. Kami melakukan upaya maksimal untuk mencegah krisis pangan global,” kata Putin.
Putin mengatakan, Rusia akan mengirimkan hingga 50.000 ton bantuan biji-bijian ke Burkina Faso, Zimbabwe, Mali, Somalia, Eritrea, dan Republik Afrika Tengah dalam tiga hingga empat bulan ke depan. Pengiriman biji-bijian itu dilakukan secara gratis. Putin menegaskan, Rusia dapat menggantikan ekspor biji-bijian Ukraina secara komersial maupun bantuan hibah untuk negara-negara Afrika yang paling membutuhkan.
"Saya telah mengatakan bahwa negara kami dapat menggantikan biji-bijian Ukraina, baik secara komersial maupun sebagai bantuan hibah untuk negara-negara Afrika yang paling membutuhkan, terlebih lagi karena kami mengharapkan rekor panen lagi tahun ini," kata Putin.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres pada Kamis (27/7/2023) mengecam sumbangan biji-bijian ke negara-negara berkembang. Guterres mengatakan, pengiriman itu tidak dapat mengkompensasi dampak penghentian ekspor biji-bijian dari Ukraina, yang merupakan salah satu pemasok utama untuk pasar dunia.
Guterres mengatakan, PBB sedang melakukan kontak dengan Turki, Ukraina, Rusia dan negara-negara lain untuk mencoba membangun kembali kesepakatan biji-bijian. Ukraina telah mengekspor lebih dari 32.000 ton biji-bijian melalui kesepakatan itu. Hal ini memungkinkan harga pangan global turun secara signifikan. Guterres mengatakan, menghambat ekspor jutaan ton biji-bijian Ukraina ke pasar global akan menyebabkan harga pangan melonjak.
"Biaya yang lebih tinggi akan dibayar oleh semua orang, di mana saja, dan terutama oleh negara-negara berkembang dan oleh orang-orang yang rentan dengan pendapatan menengah dan bahkan negara-negara maju,” kata Gutteres.
“Jadi, bukan dengan segelintir donasi ke beberapa negara kami memperbaiki dampak dramatis yang memengaruhi semua orang, di mana pun,” ujar Guterres.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric mencatat bahwa Guterres menyoroti pemboman sistematis oleh Rusia terhadap pelabuhan Ukraina dan fasilitas pengiriman biji-bijian sebagai peningkatan yang serius. Dujarric mengatakan, pengeboman itu akan berdampak serius pada dimulainya kembali ekspor biji-bijian Ukraina.
Sekretaris pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan, janji Rusia untuk menyumbangkan biji-bijian ke negara-negara Afrika tidak mengimbangi penarikan diri dari kesepakatan biji-bijian Ukraina. "Segelintir sumbangan ke beberapa negara tidak dapat menggantikan jutaan ton ekspor biji-bijian yang membantu menstabilkan harga pangan di seluruh dunia,” kata Jean-Pierre.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Vedant Patel mencatat bahwa AS membayar sekitar setengah dari anggaran untuk Program Pangan Dunia dibandingkan dengan kontribusi Rusia yang kurang dari 1 persen. “Jadi cukup jelas bagi kami siapa yang secara aktif berkomitmen untuk mengatasi masalah ketahanan pangan yang mengerikan,” kata Patel.
Rusia dan Ukraina adalah pemasok biji-bijian utama dunia. Tahun lalu, mereka sepakat membuka koridor biji-bijian yang ditengahi PBB dan Turki. Kesepakatan ini membuka kembali tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina yang diblokir oleh pertempuran. Kesepakatan tersebut memberikan jaminan bahwa kapal yang memasuki pelabuhan tidak akan diserang.
Kontrak kesepakatan biji-bijian berakhir pada 17 Juli. Rusia menolak untuk memperpanjang kesepakatan itu karena ada klausul yang tidak dipenuhi yaitu ekspor pupuk Rusia ke pasar global.
Menjanjikan ekspor makanan Rusia ke Afrika adalah kunci dari tujuan KTT di St. Petersburg. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antara Rusia dengan benua Afrika yang berpenduduk 1,3 miliar orang. Sebanyak 54 negara Afrika membentuk blok pemungutan suara terbesar di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lebih terpecah daripada wilayah lain mana pun dalam resolusi Majelis Umum yang mengkritik tindakan Rusia di Ukraina.
Kelompok tentara bayaran Rusia, Grup Wagner telah aktif di Mali dan Republik Afrika Tengah, dan Eritrea. Para pengamat menilai Burkina Faso kemungkinan menjadi target lokasi berikutnya untuk Wagner, dan Zimbabwe telah lama merasa getir dengan sanksi AS terhadapnya. Sementara itu, Somalia sering dianggap sebagai negara Afrika yang paling terpengaruh oleh pembatasan pasokan biji-bijian terkait konflik di Ukraina.