Senin 31 Jul 2023 12:57 WIB

Swedia-Denmark Diskusi Intens Cari Cara Cegah Pembakaran Alquran

Kedua negara sedang mengkaji cara-cara agar pembakaran Alquran tak kembali terjadi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson melakukan konsultasi erat dengan PM Denmark Mette Frederiksen tentang berulangnya aksi pembakaran Alquran
Foto: Pontus Lundahl/TT News Agency via AP
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson melakukan konsultasi erat dengan PM Denmark Mette Frederiksen tentang berulangnya aksi pembakaran Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM – Perdana Menteri (PM) Swedia Ulf Kristersson mengatakan, dia telah melakukan konsultasi erat dengan PM Denmark Mette Frederiksen tentang berulangnya aksi pembakaran Alquran di negara mereka masing-masing. Karena telah menuai kecaman luas, saat ini kedua negara sedang mengkaji cara-cara agar pembakaran Alquran atau penistaan kitab suci lainnya yang berpotensi menimbulkan ancaman keamanan, tak terjadi kembali.

Dalam percakapannya dengan Frederiksen, Kristersson menyampaikan bahwa saat ini Swedia sedang mengalami situasi keamanan paling serius sejak Perang Dunia II. “Kami menyadari bahwa negara dan aktor mirip negara secara aktif mengeksploitasi situasi ini,” ujarnya, Ahad (30/7/2023), dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga

Kristersson tetap membela pentingnya kebebasan berekspresi dan hak untuk memprotes. Namun dia pun mengakui bahwa buntut pembakaran Alquran membuat Swedia berpikir untuk mengambil langkah-langkah agar ketahanan dan keamanan negara tetap terjaga.

“Di Swedia, kami telah mulai menganalisis situasi hukum, termasuk Undang-Undang Ketertiban Publik, dengan tujuan mengeksplorasi ruang lingkup untuk langkah-langkah yang akan memperkuat keamanan nasional kita dan keamanan warga Swedia, di Swedia dan luar negeri," ucap Kristersson.

Sementara itu Pemerintah Denmark telah mengumumkan bahwa mereka sedang mengkaji langkah-langkah untuk melawan aksi serangan berbasis budaya dan agama menyusul pembakaran Alquran di negara tersebut. Denmark mengatakan, pembakaran Alquran memiliki dimensi yang ditujukan untuk memprovokasi dan menyebabkan kerugian, tak hanya baginya, tapi juga negara lain.

Denmark menggambarkan aksi pembakaran Alquran sebagai tindakan sangat agresif dan sembrono. Ia menekankan bahwa hal itu tak mewakili masyarakat di negara tersebut. “Denmark akan menjajaki kemungkinan campur tangan dalam situasi di mana negara, budaya, dan agama lain direndahkan guna mencegah konsekuensi negatif bagi keamanannya,” katanya.

Pekan lalu Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson telah menyampaikan bahwa saat ini negaranya telah menjadi sasaran prioritas serangan teror. Menurutnya hal itu buntut dari beberapa aksi pembakaran Alquran yang berlangsung di negara tersebut. "Peristiwa destruktif baru-baru ini, khususnya berbagai pembakaran demonstratif, telah meningkatkan risiko bagi Swedia," ungkap Kristersson dalam sebuah pernyataan yang diunggah ke Instagram, Kamis (27/7/2023).

Dia menekankan, situasi yang kini dihadapi Swedia sangat serius. “Kami, menurut Dinas Keamanan Swedia, berubah dari apa yang disebut sebagai target yang sah untuk serangan teror, menjadi target yang diprioritaskan,” ucapnya.

Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya serangan teror, Kristersson mengaku telah memerintahkan 15 lembaga pemerintah, termasuk angkatan bersenjata serta beberapa lembaga penegak hukum, untuk mengintensifkan pekerjaan mereka. Dinas Keamanan Swedia menjadi koordinator atas upaya pengamanan kolektif tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement