REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Seorang penyanyi Tunisia, Emel Mathlouthi membatalkan penampilannya karena menyatakan dukungan untuk Palestina. Mathlouthi dijadwalkan tampil di Festival Internasional Hammamet di Tunisia pekan depan.
“Saya sangat menyesal mengumumkan bahwa konser kami yang sangat ditunggu-tunggu di Hammamet telah dibatalkan tanpa alasan resmi,” kata Mathlouthi dalam unggahan di Instagramnya, Rabu (2/8/2023).
Pada Juli, Mathlouthi tampil di Yerusalem timur yang dianeksasi Israel, serta di Bethlehem dan Ramallah yang berada di wilayah pendudukan Tepi Barat. Dia tidak tampil di Israel.
Seniman yang tampil di Israel sering menghadapi perlawanan sengit dari gerakan BDS, yang menyerukan boikot, divestasi, dan sanksi atas penganiayaan Israel terhadap warga Palestina. Mathlouthi mengatakan, konser terbarunya di Palestina telah memicu kontroversi dan tudingan bahwa dirinya melakukan normalisasi dengan Israel.
“Kami percaya bahwa tur terbaru kami di Palestina yang indah telah memicu kontroversi yang tidak dapat dibenarkan yang menuduh saya melakukan normalisasi," kata Mathlouthi.
Mathlouthi mengatakan, dia telah menjadi sasaran kampanye misinformasi besar. Penyanyi berusia 41 tahun itu mengatakan, dia hanya melakukan pertunjukan dengan orang Palestina untuk orang Palestina. Penyelenggara festival Hammamet tidak menanggapi permintaan komentar terkait batalnya penampilan Mathlouthi.
"Mereka percaya pergi ke Palestina adalah normalisasi. Konser saya tidak bertentangan" baik dengan pedoman BDS atau dari Kampanye Palestina untuk Boikot Akademik dan Budaya Israel," ujar Mathlouthi
BDS menyatakan dukungan bahwa mereka mendukung Mathlouthi. "Seniman Arab yang menghormati pedoman BDS yang relevan berkontribusi pada ketahanan budaya kami," ujar pernyataan BDS.
Direktur Umum Edward Said National Conservatory of Music di Universitas Birzeit, Suhail Khoury, yang mengundang Mathlouthi untuk tampil, mengatakan, Mathlouthi harus dipuji dan tidak dikutuk atas apa yang dia lakukan. “Dia adalah penyanyi yang hebat dan orang Palestina mencintainya. Dia luar biasa, mungkin salah satu penampilan terbaik yang pernah dilihat Palestina," kata Khoury.
Konser Mathlouthi di Ramallah diakhiri dengan menyanyikan lagu balada Palestina "Wein a Ramallah" dan mengibarkan bendera Palestina. Mathlouthi mengatakan, pembatalan Hammamet merupakan serangan terhadap dirinya secara pribadi dan hal-hal yang diperjuangkan.
"Saya tumbuh dengan pengetahuan tentang perjuangan Palestina, dan saya selalu bernyanyi untuk Palestina," kata Mathlouthi.
Mathlouthi menyatakan, orang Palestina tidak ingin diisolasi. "Mereka ingin artis seperti saya yang berasal dari negara Arab lain yang berbahasa Arab tampil untuk mereka," ujar Mathlouthi.