Pendeta di gereja harus mendampingi semua orang termasuk yang tak berkesesuain dengan aturan, tetap mengedepankan kesabaran dan kasih seorang ibu. Gereja mengajarkan, perempuan tak bisa menjadi pendeta sebab Yesus hanya memilih laki-laki sebagai rasulnya.
Fransiskus menambahkan, gereja tak mengizinkan pernikahan sesama jenis atau bahkan memberkati pasangan sesama jenis tetapi ia mendukung legislasi sipil yang memberikan hak kepada pasangan sesama jenis di area, seperti pensiun, asuransi kesehatan, dan waris.
Sejak memulai tugas kepausannya, Fransiskus mencoba membuat gereja lebih terbuka dan tak begitu tajam mengecam, termasuk kepada komunitas LGBT. Meski demikian, ia tak mengubah ajaran gereja agar segera menyucikan mereka yang memiliki ketertarikan sesama jenis.
Selama perjalanan menuju Portugal, ia menyatakan kepada jemaat bahwa gereja memiliki ruang untuk siapa saja. ‘’Termasuk mereka yang melakukan kesalahan, yang tergelincir, dan berjuang.’’ Ia memimpin jemaat dengan menyeru, todos, todos, todos (siapa saja).’’
Fransiskus mendorong serangkaian reformasi sejak menjadi paus sepuluh tahun lalu, termasuk memberikan peran lebih besar kepada perempuan. Terutama pada posisi tingkat tinggi di Vatikan. Ia mesti mendekati mereka yang liberal juga konservatif.