REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Puluhan ribu anak muda akan dievakuasi dari perkemahan Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan (Korsel). Penyelenggara jambore mengatakan langkah yang diambil beberapa hari usai serangan gelombang panas ini untuk menjauhkan mereka dari jalur badai.
Badai diperkirakan akan datang usai gelombang panas terburuk di Korsel dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena alam ini menekan panitia yang dihujani keluhan orang tua dan mundurnya kontingen Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Kepala Pramuka Inggris mengatakan masalah yang dikhawatirkan bukan hanya panas tapi juga kebersihan dan makanan. Mereka pun memutuskan mundur dari pertemuan global pramuka pertama sejak pandemi.
Panitia mengatakan pada Selasa (8/8/2023) sekitar 36 ribu peserta akan dibawa dengan bus ke area yang jauh dari jalur Badai Khanun yang sudah menerjang selatan Jepang dan diperkirakan akan menghantam Korsel pada Kamis (10/8/2023).
Wakil Menteri Keselamatan dan Penanggulangan Bencana Korsel Kim Sung-ho mengatakan pemerintah menjadi tempat kegiatan dan akomodasi lain di dalam dan sekitar Seoul.
Pada Senin (7/8/2023) lalu kantor kepresidenan Korsel mengatakan Presiden Yoon Suk Yeol memerintahkan tim respon darurat melakukan operasi untuk melaksanakan rencana itu tanpa kesalahan.
Menteri Kesetaraan Gender Kim Hyun-sook mengatakan jambore akan berjalan sesuai jadwal sampai 12 Agustus. Kementeriannya yang menggelar kegiatan tersebut.
"Saya bisa katakan hanya lokasinya yang menantang karena bencana alam, tapi akan tetap dilanjutkan," kata Kim.
Gubernur Provinsi Jeolla Utara meminta maaf atas kecemasan dan mengatakan kondisi sanitasi termasuk toilet telah diperbaiki. Pemerintah sudah mengirim truk air dan AC agar peserta jambore tetap merasa sejuk.
Ketua Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa, Kim Gi-hyeon juga menyampaikan permintaan maaf ke masyarakat. Ia mengakui kegiatan itu tidak berjalan dengan mulus dan mengajukan penyelidikan apakah uang pembayar pajak digunakan dengan baik untuk jambore ini.
Kegiatan itu dihadiri 40 ribu orang, pramuka dari 155 negara.