REPUBLIKA.CO.ID, NUH -- Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa negara bagian yang dipimpin oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) telah menghancurkan properti milik umat Muslim yang dituduh berpartisipasi dalam bentrokan agama, atau tuduhan serupa lainnya. Juru bicara BJP, Raman Malik mengatakan, penghancuran dilakukan untuk menghentikan "perambahan ilegal" di tanah publik dan tidak ada keterkaitan dengan kerusuhan.
"Apakah Anda ingin pekerjaan ilegal ini didukung? Lihatlah kedua hal ini secara terpisah," ujar Malik, dilaporkan Aljazirah, Senin (7/8/2023).
Beberapa kelompok hak asasi mengutuk pihak berwenang India karena melakukan penghancuran. Pengadilan tinggi pada Senin menunda pembongkaran di Nuh dan meminta penjelasan dari pemerintah BJP di negara bagian Haryana.
“Mereka yang tidak ada hubungannya dengan kekerasan menanggung bebannya. Saya punya lisensi untuk toko ini. Ini adalah tirani pemerintah," ujar Rafiq Ahmed, yang mengelola toko obat di Nuh.
Di samping Rafiq berdiri dua wanita Muslim yang sedang mengumpulkan sisa-sisa dari toko mereka yang dihancurkan. Mereka mengatakan, orang-orang dari keluarga mereka telah meninggalkan kota karena takut ditangkap.
Saat berita bentrokan di Nuh menyebar, kekerasan anti-Muslim meletus di berbagai bagian Haryana. Di Gurugram, sebuah pusat bisnis yang ramai di pinggiran New Delhi, seorang imam muda dipukuli dan ditikam hingga meninggal dunia oleh massa. Sementara masjid dibakar.
Masjid lain diserang di Sohna, yang terletak sekitar 25 kilometer dari Gurugram. Enam orang tewas dalam kekerasan pekan lalu, termasuk seorang penjaga polisi Muslim dan Sikh, serta dua tersangka anggota Bajrang Dal.
Namun, hampir semua rumah, toko dan lapak-lapak yang dihancurkan setelah kekerasan adalah milik umat Islam. “Mereka menyiksa Mewat. Ini dilakukan untuk membuat Bajrang Dal bahagia," ujar seorang pemilik toko, Abdul Rasheed menggunakan nama historis Nuh.