Jumat 11 Aug 2023 07:03 WIB

Kapal Pengungsi Rohingya Tenggelam, 17 Orang Tewas

Kapal yang berisi pengungsi Rohingya terbalik dalam cuaca buruk di Teluk Benggala

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Sedikitnya 17 pengungsi Rohingya meninggal dunia, dan 30 lainnya masih hilang setelah sebuah kapal terbalik dalam cuaca buruk di Teluk Benggala
Foto: AP Photo/Riska Munawarah
Sedikitnya 17 pengungsi Rohingya meninggal dunia, dan 30 lainnya masih hilang setelah sebuah kapal terbalik dalam cuaca buruk di Teluk Benggala

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Sedikitnya 17 pengungsi Rohingya meninggal dunia, dan 30 lainnya masih hilang setelah sebuah kapal terbalik dalam cuaca buruk di Teluk Benggala awal pekan ini. Relawan pada Kamis (10/8/2023) mengatakan, delapan orang diselamatkan dari kapal yang menuju Malaysia,

 

Baca Juga

“Kami menemukan mayat mulai dari 7 Agustus,” kata Min Htal Wah, ketua Shwe Yaung Metta Foundation, sebuah organisasi penyelamat yang berbasis di negara bagian Rakhine pesisir Myanmar, dilaporkan Aljazirah, Kamis (10/8/2023).

“Dalam tiga hari, kami menemukan 17 mayat. Kami menemukan beberapa orang masih hidup,” kata Min Htal Wah, seraya menambahkan bahwa 10 wanita termasuk di antara yang meninggal dunia.

Seorang pekerja sosial Rohingya di Kotapraja Maungdaw di perbatasan Bangladesh mengatakan, kapal itu berangkat dalam cuaca buruk. Sekitar 500 lainnya masih berharap dapat menyeberang ke Malaysia.

Hampir satu juta orang Rohingya hidup dalam kondisi tidak layak dan berdesakan di kamp pengungsi di Bangladesh. Mereka melarikan diri dari penumpasan mematikan oleh militer Myanmar pada 2017.

Tak terhitung berapa banyak dari mereka yang meninggal di laut karena penyakit, kelaparan, dan kelelahan saat berusaha mencapai Malaysia dan Indonesia dengan perahu seadanya.

Lebih dari 3.500 orang Rohingya di 39 kapal berusaha menyeberangi Laut Andaman dan Teluk Benggala pada 2022. Jumlah ini naik dari 700 orang pada tahun sebelumnya. Setidaknya 348 orang Rohingya meninggal atau hilang di laut tahun lalu.

Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi menyerukan kepada otoritas maritim untuk menyelamatkan dan menurunkan orang-orang Rohingya yang dalam kesulitan. Amnesty International menyamakan kondisi kehidupan orang Rohingya di negara bagian Rakhine dengan apartheid.

Myanmar menghadapi tuduhan genosida di pengadilan tinggi PBB setelah eksodus massal. Bangladesh dan Myanmar telah membahas upaya untuk mulai memulangkan pengungsi Rohingya ke tanah air mereka.

Seorang utusan hak asasi Amerika Serikat di Bangladesh mengatakan, kondisi masih tidak aman untuk pemulangan pengungsi etnis Rohingya ke Myanmar. Pemotongan dana memaksa badan pangan PBB untuk memotong jatah bantuan sebanyak dua kali tahun ini ke kamp pengungsi Rohingya di Banglades.

Topan melanda Rakhine pada Mei, dan pemerintah militer telah memblokir upaya internasional untuk mengirimkan bantuan. Myanmar berada dalam kekacauan sejak pemerintahan sipil terpilih, Aung San Suu Kyi digulingkan dalam kudeta militer pada Februari 2021. Suu Kyi telah mendekam dalam penjara atas berbagai tuduhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement