REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG – Penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan antarnegara anggota menjadi salah satu topik yang akan dikupas lebih mendalam oleh BRICS saat mereka menggelar KTT di Johannesburg, Afrika Selatan (Afsel), pada 22-24 Agustus 2023 mendatang. BRICS beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afsel.
“Perdagangan menggunakan mata uang lokal menjadi agenda utama (KTT BRICS),” ungkap Duta Besar Afsel untuk BRICS Anil Sooklal dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, Senin (14/8/2023).
Kendati demikian, Sooklal menekankan BRICS tak memiliki agenda untuk mendorong dedolarisasi, yakni penyingkiran dolar AS sebagai alat pembayaran utama dalam transaksi perdagangan internasional. “BRICS tidak menyerukan dedolarisasi. Dolar (AS) akan terus menjadi mata uang global utama, itulah kenyataannya,” ucapnya.
Dia mengatakan, saat ini sedang berkembang narasi yang menyebut bahwa BRICS anti-Barat dan dibentuk untuk menyaingi G7, yakni organisasi beranggotakan negara-negara maju. “Itu tidak benar,” ujar Sooklal.
Sooklal menekankan BRICS memiliki tujuan mempromosikan negara-negara berkembang dan enggan bersaing dengan kelompok atau blok mana pun. “Apa yang kami upayakan adalah memajukan agenda Global South dan membangun arsitektur global yang lebih inklusif, representatif, dan adil,” katanya.
Meski Sooklal telah menyatakan bahwa BRICS tak memiliki agenda dedolarisasi, kelima negara anggota BRICS sedang berusaha melakukan lebih banyak perdagangan menggunakan mata uang mereka sendiri. Hal itu dipandang sebagai upaya BRICS memperoleh lebih banyak pengaruh global dan mengimbangi dominasi AS.
The New Development Bank (NDB) yang dibentuk oleh BRICS telah menargetkan sepertiga dari pinjamannya akan berbentuk dalam mata uang domestik pada 2026. Bulan lalu, Chief Financial Officer NDB Leslie Maasdorp mengatakan, penggunaan mata uang bersama untuk “melawan” dolar AS merupakan ambisi jangka menengah hingga panjang.
Pada KTT nanti, selain soal penggunaan mata uang lokal, BRICS juga akan membahas tentang kemungkinan ekspansi atau merangkul lebih banyak negara untuk menjadi anggota. Cina, Brasil, dan Afsel telah secara terbuka mendukung gagasan perluasan BRICS.
Sebanyak 40 kepala negara dan pemerintahan dilaporkan akan berpartisipasi dalam KTT BRICS pada 22-24 Agustus 2023 mendatang. Menurut Anil Sooklal, jumlah itu dapat bertambah menjadi sekitar 50-an.
BRICS dibentuk pada 2009 atas inisiatif Rusia. Tujuannya adalah mengembangkan kerja sama komprehensif antara negara-negara terkait.
Kursi keketuaan BRICS tahun ini dipegang oleh Cina. BRICS kerap dipandang sebagai 'kutub perlawanan' terhadap kelompok ekonomi G7 yang beranggotakan AS, Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, dan Jepang.
Menurut data IMF, pada 2022 lalu, total gabungan pendapatan domestik bruto (PDB) BRICS telah mencapai 22,5 triliun dolar AS. Jumlah itu melampaui PDB G7 yang mencapai 21,4 triliun dolar AS. Negara BRICS kini dinilai menjadi aktor penting dan signifikan dalam memerangi pertumbuhan ekonomi serta konteks politik global.