Kamis 17 Aug 2023 08:36 WIB

Pasukan Israel Bawa Buldoser Militer Hancurkan Kamp Pengungsi Balata

Warga Palestina diusir paksa dari kamp pengungsi di Balata

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina membawa jenazah salah satu dari tiga pria yang tewas dalam serangan Israel di kamp pengungsi Balata, di pemakaman dekat kota Nablus di Tepi Barat, (22/5/ 2023). Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, pasukan Israel menggerebek kamp pengungsi Balata pada pagi hari tanggal 22 Mei, tiga orang Palestina tewas dan sedikitnya enam orang terluka dalam bentrokan berikutnya.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Warga Palestina membawa jenazah salah satu dari tiga pria yang tewas dalam serangan Israel di kamp pengungsi Balata, di pemakaman dekat kota Nablus di Tepi Barat, (22/5/ 2023). Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, pasukan Israel menggerebek kamp pengungsi Balata pada pagi hari tanggal 22 Mei, tiga orang Palestina tewas dan sedikitnya enam orang terluka dalam bentrokan berikutnya.

REPUBLIKA.CO.ID, NABLUS -- Sekelompok besar tentara Israel disertai dengan buldoser militer menggerebek kamp pengungsi Balata. Mereka memaksa keluarga Palestina yang tinggal di kamp itu untuk segera meninggalkan tempat tinggal mereka. Pasukan Israel kemudian meledakkan bangunan itu pada Rabu (16/8/2023) sekitar pukul 03.00 dini hari.

 

Baca Juga

Penggerebekan itu menyebabkan seorang pria Palestina terluka parah dan menghancurkan kantor partai Fatah di Balata. Seorang warga Palestina, Raed Shallal mengatakan, dia dan keluarganya diusir paksa oleh pasukan Israel. Bahkan dia tidak sempat membawa barang-barang penting sebelum meninggalkan kediamannya.

 

“Kami diusir paksa, dan kami tidak bisa membawa apa pun dari rumah, bahkan KTP dan tas sekolah. Kami sekarang tunawisma, istri saya dan anak-anak kami, yang tertua berusia 12 tahun dan yang termuda berusia satu setengah tahun," kata Shallal yang merupakan ayah dari tujuh anak.

 

Bulan Sabit Merah mengatakan, lebih dari 80 warga Palestina menderita karena menghirup gas air mata selama penggerebekan. Sebelumnya, tentara Israel menembakkan tabung gas air mata ke warga Palestina di bagian timur kota tempat mereka memberikan perlindungan bagi pemukim Israel yang menyerbu Makam Joseph. Makam ini adalah sebuah tempat suci yang terletak di dalam area yang dikendalikan oleh Otoritas Palestina.

 

Pemukim Israel sering menyerbu Nablus untuk melakukan ibadah di kuil di bawah penjagaan tentara Israel. Pemukim Yahudi percaya bahwa itu adalah makam Nabi Joseph. Sementara orang Palestina mengatakan makam itu baru berusia 200 tahun dan seorang pria Muslim bernama Yousef Dweikat tinggal di sana. ​​​​​​​

 

Seorang pria, Mohammed Leila, ditembak lima kali di dada dan dua kali di kaki di dekat makam dan terluka parah. Dia dipindahkan ke Rumah Sakit Rafidia di Nablus.

 

Dalam insiden terpisah, seorang warga Palestina lainnya ditembak di dalam mobilnya di pos pemeriksaan Huwara setelah diduga menembaki tentara. Pasukan Israel mencegah kru ambulans menolong warga Palestina tersebut.

 

“Petugas medis kami diserang dan dicegah memberikan pertolongan pertama kepada pria yang terluka di mobilnya. Dia diculik oleh tentara dan dibawa ke tujuan yang tidak diketahui," ujar Direktur Pusat Darurat dan Ambulans di Bulan Sabit Merah, Ahmed Jibril, dilaporkan Aljazirah.

 

Jibril mengatakan, petugas medis dan tim pertolongan pertama sering diserang, baik dengan serangan verbal, pemukulan fisik, atau menjadi sasaran peluru tajam dan karet. Gubernur Nablus, Ghassan Douglas mengatakan, tindakan tentara Israel ini adalah bukti nyata arogansi pendudukan Israel.

 

“Kami mencatat kerusakan di kamp setelah penggerebekan, dan kami akan membangun kembali semua yang hancur dan mengembalikan warga ke rumah mereka. Ini adalah pesan kepada pendudukan Israel bahwa rakyat Palestina tetap tinggal, meskipun pengepungan dilakukan terhadap mereka, sampai pendudukan dikalahkan," kata Douglas.

 

Dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengatakan, pasukannya meledakkan dua laboratorium untuk produksi alat peledak di kamp dan 15 bom rakitan ditemukan di lokasi tersebut. Militer mengatakan,  pasukan Israel menetralisir sejumlah bahan peledak yang ditanam di jalan masuk ke Balata.

 

Douglas menuduh Israel bersembunyi di balik klaim melakukan operasi melawan teroris. Dia mengatakan gedung tempat tinggal yang dihuni Shallal, menampung empat keluarga.

 

Shallal sebelumnya menghabiskan tujuh setengah tahun di penjara Israel. Dia mengatakan, ini bukan pertama kalinya sebuah rumah keluarga menjadi sasaran pasukan Israel.

 

“Dua bulan lalu, rumah saudara saya dan ibu saya dibom, dengan tujuan memaksa saudara saya Abdullah menyerahkan diri,” kata Shallal.

 

Ibu Shallal, Jamila Shallal mengatakan, pasukan Israel telah berusaha untuk menangkap Abdullah sejak Desember lalu setelah mereka menargetkan rumahnya dengan granat anti-tank. Dia meminta Otoritas Palestina untuk menyediakan tempat berlindung.

 

“Pengeboman terhadap dua rumah keluarga mengakibatkan 29 anggota keluarga saya kehilangan tempat tinggal. Hari ini, Israel telah menggusur kami lagi setelah mengusir keluarga saya dari Jaffa pada tahun 1948,” kata Jamila Shallal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement