REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengaku sangat mengkhawatirkan serangan Rusia terhadap fasilitas pangan dan bahan pangan Ukraina setelah Moskow menarik diri dari perjanjian yang memfasilitasi ekspor pangan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres "mengungkapkan kekhawatiran mengenai kemungkinan naiknya harga pangan global" akibat keluarnya Rusia, kata Juru Bicara Sekjen PBB Farhan Haq kepada wartawan.
Haq menambahkan bahwa serangan itu "tidak mengurangi kekhawatiran tersebut."
"Jelas, apa yang dia inginkan adalah kembalinya Prakarsa Hijau Laut Hitam dan pemahaman yang sudah kita miliki," kata Haq.
"Dan dia melakukan segala yang dia bisa untuk melihat apa yang bisa dilakukan guna memastikan ekspor pangan dan pupuk dapat keluar dari Ukraina dan Federasi Rusia, namun tindakan seperti ini membuat kegiatan semacam itu semakin sulit," tambah dia.
Rusia menghentikan keikutsertaannya dalam perjanjian pangan Laut Hitam yang diprakarsai PBB dan Turki pada 17 Juli lalu dengan dalih permintaannya dalam perjanjian itu tak dipenuhi.
Rusia memberikan syarat pembatasan perbankan dilonggarkan dan ekspor pupuk dibolehkan lagi, sebelum kembali masuk perjanjian itu.
Perjanjian itu berlaku pada Juli 2022 dan menjadi tonggak penting bagi upaya menunjang keamanan pangan global setelah ekspor pangan dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina dihentikan akibat embargo yang diberlakukan Rusia dalam rangka perang melawan negara tetangganya di Eropa Timur itu.