Pembakaran Alquran telah memicu protes kemarahan di negara-negara Muslim, serangan terhadap misi diplomatik Swedia, dan ancaman. Pada Kamis (17/8/2023), Swedia meningkatkan level keamanannya tingkat tertinggi karena negara tersebut telah menjadi sasaran prioritas bagi kelompok-kelompok bersenjata.
Momika mengatakan, dia akan terus membakar Alquran meskipun ada ancaman yang diarahkan padanya dan Swedia. Momika mengatakan, dia ingin melindungi penduduk Swedia dari pesan Alquran.
"Saya memiliki kebebasan berbicara," kata kantor berita Swedia TT mengutip ucapan Momika.
Para pemimpin Muslim di Swedia telah meminta pemerintah untuk menemukan cara menghentikan pembakaran Alquran. Swedia mencabut undang-undang penghujatan pada tahun 1970-an dan pemerintah tidak berniat untuk memperkenalkannya kembali undang-undang itu.
Namun, pemerintah pada Jumat (18/8/2023) mengumumkan, penyelidikan tentang kemungkinan hukum untuk memungkinkan polisi menolak izin demonstrasi karena masalah keamanan nasional. Menurut Menteri Kehakiman, Gunnar Strommer, penyelidikan akan mempelajari undang-undang di beberapa negara seperti Prancis, Norwegia, dan Belanda yang menurutnya memiliki undang-undang kebebasan berbicara yang luas.