Senin 21 Aug 2023 17:27 WIB

Presiden Cina Xi Jinping Bertolak ke Afsel untuk Hadiri KTT BRICS

Selain berpartisipasi dalam KTT BRICS, Xi juga akan menghadiri serangkaian kegiatan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Cina, Xi Jinping dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa
Foto: How Hwee Young/Pool Photo via AP, File
Presiden Cina, Xi Jinping dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Presiden Cina Xi Jinping telah bertolak ke Afrika Selatan (Afsel) pada Senin (21/8/2023). Dia hendak menghadiri KTT BRICS yang bakal digelar di Johannesburg pada Selasa hingga Kamis pekan ini.

“Presiden Cina Xi Jinping meninggalkan Beijing pada hari Senin untuk KTT BRICS ke-15 yang akan diadakan di Johannesburg, Afsel, dan kunjungan kenegaraan ke Afsel,” tulis kantor berita Xinhua dalam laporannya.

Baca Juga

Menurut Xinhua, Xi didampingi sejumlah pejabat, antara lain Menteri Luar Negeri Wang Yi dan Direktur Kantor Umum Komite Pusat Partai Komunis Cina Cai Qi. “Xi berkunjung atas undangan Presiden Afsel Cyril Ramaphosa. Selama di Afsel, kedua pemimpin akan memimpin bersama China-Africa Leaders’s Dialogue,” kata Xinhua.

Pada Jumat (18/8/2023) pekan lalu, Duta Besar Cina untuk Afsel Chen Xiaodong mengatakan, selain berpartisipasi dalam KTT BRICS, Xi juga akan menghadiri serangkaian kegiatan, termasuk pertemuan informal BRICS dan dialog para pemimpin BRICS-plus. Menurut Chen, pada KTT nanti, Xi akan bekerja dengan para pemimpin negara anggota untuk secara aktif mengeksplorasi proyek kerja sama yang memenuhi kebutuhan pembangunan masing-masing serta kepentingan bersama rakyat mereka.

Menurut data terbaru Badan Kepabeanan Cina, dalam tujuh bulan pertama tahun ini, total impor dan ekspor Cina ke negara anggota BRICS mencapai 2,38 triliun yuan atau setara Rp48,89 triliun. Jika diukur berdasarkan angka tahun ke tahun, jumlah itu meningkat 19,1 persen.

“Cina mengharapkan dan percaya bahwa reuni Presiden Xi dan para pemimpin negara-negara BRICS di Afsel akan mencapai hasil penting dan menyuntikkan energi baru ke dalam kerja sama BRICS,” kata Chen Xiaodong.

Sementara itu Presiden Afsel Cyril Ramaphosa mengatakan, selain para pemimpin negara anggota, KTT BRICS juga bakal dihadiri lebih dari 30 kepala negara dan pemerintahan di seluruh Afrika. Ramaphosa menyebut, puluhan negara itu ingin membangun kemitraan antara BRICS dan Afrika. Harapannya agar Afrika dapat membuka peluang peningkatan perdagangan, investasi, dan pembangunan infrastruktur.

Ramaphosa mengatakan, selain para pemimpin Afrika, negaranya juga akan menyambut para pemimpin dari beberapa negara Global South di KTT BRICS. Mereka termasuk para pemimpin dari Karibia, Amerika Selatan, Timur Tengah, Asia Barat, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Presiden Joko Widodo termasuk pemimpin yang akan menghadiri KTT BRICS di Johannesburg.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga akan menghadiri KTT BRICS. “Dukungan kami untuk PBB ada di samping keyakinan kuat kami bahwa lembaga multilateral utama ini membutuhkan reformasi sejati untuk menjadikannya lebih demokratis, representatif, dan efisien,” kata Ramaphosa, Ahad (20/8/2023) lalu.

Dalam KTT BRICS nanti, salah satu isu yang bakal dibahas adalah tentang ekspansi keanggotaan. Selain Afsel, anggota BRICS lainnya, yakni Cina dan Brasil, juga mendukung gagasan perluasan anggota. Sementara Rusia masih enggan memberikan sikap resmi atas ide tersebut. Isu lain yang bakal dibahas dalam KTT adalah penggunaan mata uang lokal untuk transaksi perdagangan antarnegara anggota.

BRICS, yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afsel dibentuk pada 2009 atas inisiatif Rusia. Tujuannya adalah mengembangkan kerja sama komprehensif antara negara-negara terkait. BRICS kerap dipandang sebagai “kutub perlawanan” terhadap kelompok ekonomi G7 yang beranggotakan AS, Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, dan Jepang.

Menurut data IMF, pada 2022 lalu, total gabungan pendapatan domestik bruto (PDB) BRICS telah mencapai 22,5 triliun dolar AS. Jumlah itu melampaui PDB G7 yang mencapai 21,4 triliun dolar AS. Negara BRICS kini dinilai menjadi aktor penting dan signifikan dalam memerangi pertumbuhan ekonomi serta konteks politik global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement