Selasa 22 Aug 2023 09:53 WIB

Turki Panggil Diplomat Denmark dan Belanda Buntut Penistaan Alquran

Turki telah berulang kali mengutuk aksi protes yang diwarnai pembakaran Alquran

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
  A police officer (R) stops a counter-protester (C, front) trying to put out a copy of the Koran that was set on fire by Salwan Momika (C-back), originally from Iraq, outside the Iranian Embassy in Lidingo, Stockholm, Sweden, 18 August 2023.
Foto: EPA-EFE/Fredrik Sandberg/TT
A police officer (R) stops a counter-protester (C, front) trying to put out a copy of the Koran that was set on fire by Salwan Momika (C-back), originally from Iraq, outside the Iranian Embassy in Lidingo, Stockholm, Sweden, 18 August 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Turki dilaporkan memanggil kuasa hukum Denmark dan seorang diplomat Belanda. Pemanggilan ini masih berhubungan dengan aksi penodaan Alquran.

Penodaan dan penistaan Alquran telah berulang kali terjadi di Swedia dan Denmark. Hal ini pun memicu kemarahan dan kecaman di kalangan Muslim dan pencari kebebasan di seluruh dunia.

Baca Juga

Media milik negara, TRT Haber, kemarin melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri Turki memanggil kuasa usaha Denmark dan seorang diplomat Belanda atas pembakaran Alquran.

Menurut laporan media, aksi yang dilakukan pihak tak bertanggung jawab ini memicu kemarahan di dunia Muslim. Mereka juga menuntut pemerintah negara-negara Nordik melarang tindakan semacam itu.

Otoritas Turki telah berulang kali mengutuk aksi protes semacam itu dalam beberapa bulan terakhir, termasuk yang terjadi di Swedia. Padahal, Swedia saat ini tengah menunggu persetujuan Ankara untuk bergabung dengan NATO.

Bukan hanya Turki, Kementerian Luar Negeri Iran juga memanggil kuasa usaha Swedia dan Denmark di Teheran secara terpisah. Langkah ini merupakan bentuk protes terhadap pengulangan penodaan Alquran yang terjadi di negara-negara Eropa tersebut.

Diplomat top Iran, Hossin Amir-Abdollahian, memperingatkan kedua negara Eropa itu bahwa negara-negara Islam dapat mempertimbangkan melarang pembelian produk mereka, jika mereka gagal mengambil tindakan terhadap tindakan jahat tersebut.

Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebutkan, mendukung tindakan jahat dan penistaan terhadap Alquran adalah bentuk perang terhadap dunia Islam. Ia menyebut kebebasan berekspresi harus diimbangi dengan tanggung jawab dan kewajiban tertentu.

Selama beberapa bulan terakhir, insiden pembakaran Alquran telah dilakukan oleh kelompok ekstremis sayap kanan di Swedia dan Denmark. Aksi tersebut berlangsung beberapa kali, yang memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim.

Dalam kasus terbaru, seorang aktivis anti-Islam dari Swedia bernama Salwan Momika membakar Alquran di depan Kedutaan Besar Iran di Stockholm. Saat melakukan aksinya, ia disiram oleh seorang perempuan.

Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan seorang wanita bergegas menghampiri Salwan Momika, serta menyemprotkan cairan dari alat pemadam api. Perempuan ini langsung ditangkap oleh polisi yang berada di lokasi.

Juru bicara polisi, Towe Hagg, mengatakan wanita yang tidak disebutkan identitasnya itu ditahan karena dicurigai mengganggu ketertiban umum dan melakukan kekerasan terhadap petugas polisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement