Sabtu 26 Aug 2023 05:35 WIB

Kelompok Militan Rusia Desak Pasukan Wagner untuk Balas Dendam Kematian Prigozhin

Tentara bayaran Grup Wagner didesak untuk membalas kematian Yevgeny Prigozhin

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Beberapa pria membentangkan bendera PMC Wagner di lokasi peringatan informal pasca jatuhnya pesawat jet yang menewaskan bos Wagner, Yevgeny Prigozhin
Foto: AP
Beberapa pria membentangkan bendera PMC Wagner di lokasi peringatan informal pasca jatuhnya pesawat jet yang menewaskan bos Wagner, Yevgeny Prigozhin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sekelompok militan Rusia yang berperang di pihak Ukraina mendesak tentara bayaran Grup Wagner untuk membalas kematian Yevgeny Prigozhin dan komandan mereka Dmitry Utkin. Otoritas udara Rusia menyatakan, Prigozhin, Utkin dan delapan orang lainnya berada di pesawat pribadi yang jatuh di utara Moskow pada Rabu (23/8/2023).

 

Baca Juga

“Anda menghadapi pilihan serius sekarang, Anda dapat berdiri di posisi Kementerian Pertahanan Rusia dan menjadi pengawas bagi para eksekutor komandan Anda atau membalas dendam,” kata Komandan Korps Relawan Rusia (RVC), Denis Kapustin dalam pidato video yang dipublikasikan pada Kamis (24/8/2023) malam.  

 

“Untuk membalas dendam, Anda perlu memihak Ukraina,” kata komandan tersebut.

 

Kapustin adalah seorang warga negara sayap kanan Rusia. Dia mendirikan kelompok bersenjata RVC setahun yang lalu.  RVC berperang di pihak Ukraina dan mengklaim berada di balik beberapa serangan militer di wilayah perbatasan Rusia.

 

“Mari kita akhiri operasi militer khusus yang berdarah-darah. Setelah itu, kami akan berbaris ke Moskow dan kali ini kami tidak akan berhenti 200 kilometer sebelum jalan lingkar Moskow, tetapi akan terus berjalan sampai akhir,” ujar Kapustin dalam pidatonya kepada para pejuang Wagner.

 

Kecelakaan itu terjadi dua bulan setelah Prigozhin dan tentara bayaran Wagner melancarkan pemberontakan melawan komandan militer Rusia. Ketika itu, mereka menguasai Kota Rostov, dan bergerak maju menuju Moskow sebelum berbelok sekitar 200 kilometer dari ibu kota.

 

Rusia telah membuka penyelidikan atas kecelakaan tersebut. Namun hasilnya sepertinya tidak akan menggoyahkan keyakinan luas bahwa Prigozhin dibunuh karena melakukan pemberontakan.  Reuters yang mengutip dua pejabat AS  mengatakan, sebuah rudal permukaan-ke-udara kemungkinan besar akan mengenai pesawat yang ditumpangi Prigozhin. Pentagon kemudian mengatakan, pihaknya tidak memiliki bukti yang mendukung hal tersebut.

 

Setelah hening selama 24 jam, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga korban kecelakaan pesawat tersebut. Putin memuji Prigozhin sebagai pengusaha berbakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement