REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang, Amerika Serikat (AS), Australia, dan Filipina telah melakukan latihan angkatan laut bersama di Laut Cina Selatan, menurut Kementerian Pertahanan Jepang, Jumat (25/8/2023), di tengah upaya terus menerus Cina untuk menghalangi kegiatan pasokan Manila di pangkalan militer di perairan tersebut.
Latihan perang keempat negara digelar pada Kamis (24/8/2023), setelah kejadian kapal penjaga pantai Cina menembakkan meriam air ke kapal sewaan Filipina di dekat Second Thomas Shoal di Laut Cina Selatan pada awal bulan ini.
Kapal perusak terbesar milik Pasukan Bela Diri Maritim Jepang, Izumo, dan kapal perusak Samidare berpartisipasi dalam latihan tersebut, kata kementerian. Kedua kapal Jepang akan berlabuh di pelabuhan Manila mulai Jumat hingga Kamis depan.
Izumo akan menjadi kapal induk de facto setelah menjalani renovasi tambahan yang dijadwalkan dimulai tahun depan atau 2025.
Kapal tempur pesisir Angkatan Laut AS Mobile, kapal serbu amfibi Australia Canberra, kapal fregat Anzac dan jet tempur F-35A, serta kapal pendarat Angkatan Laut Filipina Dabao Del Sur adalah kapal-kapal lain yang terlibat dalam pelatihan.
Kementerian Pertahanan Jepang menyebut dalam pernyataannya bahwa tujuan pelatihan adalah untuk "memperkuat kolaborasi menuju realisasi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," sebuah konsep yang dipromosikan Tokyo yang secara luas dipandang sebagai upaya melawan meningkatnya pengaruh Beijing di wilayah tersebut.
Latihan gabungan itu awalnya dijadwalkan pada Rabu sebagai latihan trilateral karena pasukan Filipina berencana untuk tidak berpartisipasi di dalamnya, menurut sumber yang dekat dengan hal tersebut. Angkatan Laut AS diperkirakan untuk mengirim kapal serbu amfibi Amerika, menurut sumber tersebut, tetapi digantikan oleh Mobile.
Filipina, yang menghadapi peningkatan tekanan militer dari Cina di Laut Cina Selatan, sedang mempertimbangkan patroli maritim bersama dengan kapal-kapal dari Jepang, AS, dan Australia, menurut sumber tersebut.
Jepang, AS, Australia, dan Filipina mengadakan pertemuan menteri pertahanan mereka yang pertama pada Juni di Singapura, sepakan untuk memperkuat kerja sama keamanan untuk mempromosikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Cina, yang mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut Cina Selatan, dengan cepat membangun pulau-pulau buatan yang dilengkapi infrastruktur militer di perairan tersebut, yang merupakan lokasi beberapa jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Pada Februari, penjaga pantai Cina mengarahkan laser tingkat militer ke kapal patroli Filipina di perairan dengan Second Thomas Shoal.