REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers mengatakan, negaranya memantau dengan saksama tanda-tanda pelemahan ekonomi Cina yang "mencemaskan." Karena hal tersebut dalam membebani perekonomian Australia.
"Saya berbagi kecemasan serupa yang disuarakan masyarakat mengenai perekonomian Cina," kata Chalmers di stasiun televisi Sky News, Ahad (27/8/2023).
"Mencemaskan melihat pelemahan, pelunakan, perekonomian Cina di beberapa pekan dan bulan terakhir karena memiliki implikasi yang jelas bagi kami di Australia," tambahnya.
Pemulihan perekonomian terbesar kedua di dunia terhambat karena krisis properti, lemahnya belanja konsumen dan jatuhnya pertumbuhan kredit. Faktor-faktor ini mendorong pemerintah memangkas suku bunga dan berjanji terus memberikan bantuan sementara pengamat menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Cina.
Cina merupakan mitra dagang terbesar Australia untuk bahan mentah. Ekspor Australia mencapai 285 juta dolar Australia per tahun. Canberra mendesak eksportir Australia untuk mengurangi ketergantungannya pada Cina karena ketegangan diplomatik antar dua negara.
"Di Cina mereka menghadapi perlambatan pertumbuhan, mereka menghadapi deflasi, mereka mengkhawatirkan sektor properti, dan di beberapa tingkat sektor perbankan mereka, ekspor mereka juga melambat, kecemasan kami pada Cina terutama pada sesuatu yang kami pantau," katanya.
Ia menambahkan pertumbuhan Australia "jelas akan melambat" karena perlambatan Cina dan suku bunga Australia akan naik.
Pada bulan Agustus mempertahankan Bank Sentral Australia suku bunganya dua bulan berturut-turut setelah menaikannya 4 persen selama 16 bulan untuk mengendalikan inflasi.
"Arah perjalanan secara keseluruhan cukup jelas perekonomian kami melemah," kata Chalmers.
Perekonomian Australia tumbuh 0,2 persen pada kuartal pertama, paling lambat dalam 1,5 tahun terakhir karena tingginya harga kebutuhan pokok dan kenaikan suku bunga melemahkan belanja konsumen.