Sabtu 02 Sep 2023 11:11 WIB

Senjata Uranium AS dan Rudal Balistik Rusia Panaskan Perang Ukraina

Di paket bantuan senjata terbaru, AS akan kirimkan senjata uranium.

 Tank Abrams Angkatan Darat AS di area pelatihan militer Adazi, Latvia, 11 Juni 2016.
Foto:

Sebelumnya, kontroversi mencuat saat pemerintahan Presiden Joe Biden mengirimkan bom tandan. Sebab, bom ini membahayakan warga sipil karena biasanya ada bom-bom kecil dari bom tandan tak meledak saat serangan. Bisa meledak lama setelah kejadian. 

Penggunaan depleted uranium munitions memicu perdebatan. Pihak yang menentang, International Coalition to Ban Uranium Weapons menyatakan senjata ini membahayakan kesehatan akibat debu yang terhirup manusia. Bisa menyebabkan kanker dan kelahiran yang cacat. 

Depleted uranium yang dibuat untuk amunisi merupakan produk sampingan dari pengayaan. Karena kepadatannya yang ekstrem, membuatnya bisa melakukan penetrasi dan bisa memicu diri sendiri meladak di gumpalan debu dan bahan metal yang panas. 

AS menggunakan depleted uranium munitions secara masif pada 1990 dan 2003 saat mereka mengobarkan Perang Teluk. NATO menggunakannya pada 1999 ketika mereka melakukan pengeboman wilayah bekas Yugoslavia. 

International Atomic Energy Agency mengatakan, studi di negara bekas Yugoslavia, Kuwait, Irak, dan Lebanon mengindikasikan residu depleted uranium yang menyebar di lingkungan tak memiliki bahaya radiologi ke penduduk yang wilayahnya terdampak. 

Namun bagi Ukraina, material radio aktif yang masif ini akan menambah pekerjaan setelah perang usai. Beberapa bagian negara telah dipenuhi bom-bom kecil dari bom tandan yang tak meledak demikian pula dengan ranjau serta amunisi lain. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement