Selasa 05 Sep 2023 12:25 WIB

Jokowi: Banyak Konflik Terjadi Akibat Ketidaksetaraan

ASEAN sudah sepakat untuk tidak menjadi proksi bagi kekuatan mana pun

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo berpidato saat pembukaan KTT ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta, Selasa (5/9/2023).
Foto: Antara
Presiden Joko Widodo berpidato saat pembukaan KTT ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta, Selasa (5/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya kesetaraan saat membuka KTT ASEAN ke-43 di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (5/9/2023). Dia mengingatkan banyak konflik di dunia terjadi akibat ketidaksetaraan.

Jokowi mengungkapkan, dia melihat saat ini kesetaraan telah menjadi barang langka di dunia. “Banyak ketidakadilan dan konflik terjadi akibat tidak adanya kesetaraan,” ujarnya. 

Baca Juga

Namun dia menegaskan bahwa ASEAN berbeda. Menurutnya, ASEAN menjunjung tinggi kesetaraan.

“Kesetaraan menjadi value utama yang kita hormati dan kita junjung bersama dalam bingkai persatuan dan kebersamaan sehingga kapal ASEAN bisa terus melaju,” ucap Presiden.

Jokowi kemudian menyampaikan bahwa saat ini dunia sedang tidak baik-baik saja. Perebutan pengaruh antara negara kekuatan besar sedang berlangsung. Namun Jokowi menegaskan ASEAN sudah sepakat untuk tidak menjadi proksi bagi kekuatan mana pun.

“Jangan jadikan kapal kami, ASEAN sebagai arena rivalitas yang menghancurkan. Tapi jadikan kapal ASEAN sebagai ladang untuk menumbuhkan kerja sama, untuk menciptakan kemakmuran, menciptakan stabilitas, menciptakan perdamaian yang tidak hanya bagi kawasan tetapi juga dunia,” kata Jokowi.

Dalam sambutannya, Jokowi juga sempat menekankan tentang persatuan ASEAN. “Akhir akhir ini saya sering mendengar pernyataan publik terkait ASEAN, yaitu apakah ASEAN akan terpecah dan tidak bisa bersatu? Apakah kapal ASEAN mampu terus melaju?” ucapnya. 

“Pada momentum ini, sebagai anggota keluarga dan ketua ASEAN saya ingin menegaskan, kesatuan ASEAN masih terpelihara dengan baik,” ujar Jokowi menambahkan.

Jokowi menekankan, kesatuan jangan diartikan tak adanya perbedaan pendapat. Dia mengungkapkan, sebagai negara yang memiliki ragam suku budaya dan agama, bagi Indonesia, kesatuan adalah harmoni dalam perbedaan, termasuk di dalamnya, perbedaan pendapat.

“Perbedaan pendapat justru menyuburkan demokrasi dan kita sebagai keluarga kita memiliki kedudukan yang setara,” ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement