Kamis 07 Sep 2023 09:05 WIB

Isu Sanksi Perang Rusia Perdalam Perpecahan Negara G20

Sanksi terhadap Rusia memperdalam perpecahan di antara negara-negara Kelompok 20

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Siswa Sekolah Seni Gurukul memperlihatkan gambar potret kepala negara G20 untuk KTT G20 mendatang, di Mumbai, India, Selasa (5/8/2023).
Foto:

Departemen Keuangan mengatakan, perjalanan Yellen ke India selama empat hari akan menyoroti pentingnya membebankan biaya besar pada Rusia dan mengurangi dampak buruk global.  Yellen akan menekankan konsekuensi perang, termasuk melalui pembatasan harga, yang telah mencapai dua tujuan yaitu mengurangi pendapatan Rusia sekaligus menjaga harga energi global tetap stabil.

Yellen juga akan memfokuskan upaya pada penguatan ketahanan pangan melalui perubahan pada bank pembangunan multilateral dan menambah Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian.  Hal ini mungkin sulit dilakukan karena negara-negara G20 semakin tertarik untuk membentuk blok dan beberapa pemimpin, termasuk Presiden Cina Xi Jinping, tidak hadir dalam pertemuan puncak tersebut.

Josh Lipsky, direktur senior Pusat GeoEkonomi Dewan Atlantik, mengatakan, pertemuan KTT G20 harus menjadi kesempatan untuk membahas apa yang disepakati negara-negara. Termasuk masalah bank pembangunan multilateral dan perubahan pada restrukturisasi utang.

“India ingin menampilkan dirinya sebagai penyelenggara dunia pada saat terjadi fragmentasi internasional. Akan lebih sulit jika Xi tidak berada di sana," ujar Lipsky.

Terdapat risiko terhadap guncangan yang lebih besar dalam perekonomian global. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pembatasan perdagangan internasional yang lebih besar dapat mengurangi output ekonomi global sebanyak 7 persen dalam jangka panjang, atau sekitar 7,4 triliun dolar AS.

Perdagangan antara Cina dan Rusia telah membengkak. Sebagian besar disebabkan oleh dampak sanksi Barat terhadap Rusia, serta pembatasan harga minyak Rusia, sehingga memungkinkan Cina dan India membeli energi dari Rusia dengan harga diskon.  Namun, perekonomian Cina masih menghadapi kemerosotan secara keseluruhan.

Mark Sobel, penasihat senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional, mengatakan, pengiriman minyak Rusia diorientasikan kembali ke Cina dan India. "Negara G7 mengantisipasi jika hal ini memberi Cina dan India ruang lingkup yang lebih besar untuk mencari diskon minyak Rusia, hal ini berarti lebih sedikit  pendapatan bagi Rusia dan konsisten dengan tujuan tindakan G7," ujar Sobel.

Sobel mengatakan, sanksi terhadap Rusia serta langkah-langkah lain untuk mengekang pendapatan minyak Rusia sangat tepat. Rusia dan Cina semakin banyak bertransaksi dengan mata uang lokal untuk menggantikan dolar AS. Sementara negara-negara BRICS telah sepakat untuk memperluas perdagangan dalam mata uang lokal mereka untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

Kritikus di negara-negara berkembang semakin tidak nyaman dengan kemampuan AS dalam menggunakan pengaruh dolar di seluruh dunia untuk menjatuhkan sanksi terhadap negara-negara pesaingnya, termasuk Rusia. Pada  2015, negara-negara BRICS meluncurkan Bank Pembangunan Baru (New Development Bank) sebagai alternatif dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Bank Dunia yang didominasi oleh Amerika Serikat dan Eropa.

“Kita harus realistis mengenai apa yang bisa dicapai oleh Kelompok 20 ini. Tapi menurut saya ada manfaatnya memiliki tempat bertemunya negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia, sebagai tempat untuk memahami di mana negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia bertemu," ujar Ziemba.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement