Jumat 08 Sep 2023 05:15 WIB

Burundi Umumkan Merebaknya Wabah Kolera

Burundi mengumumkan wabah kolera yang merebak di negaranya

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Kementerian Kesehatan Burundi mengumumkan wabah kolera yang merebak di negaranya, pada Rabu (6/9/2023), yang diperparah dengan kekurangan pasokan air bersih.
Foto: AP/Odelyn Joseph
Kementerian Kesehatan Burundi mengumumkan wabah kolera yang merebak di negaranya, pada Rabu (6/9/2023), yang diperparah dengan kekurangan pasokan air bersih.

REPUBLIKA.CO.ID, KIGALI -- Kementerian Kesehatan Burundi mengumumkan wabah kolera yang merebak di negaranya, pada Rabu (6/9/2023), yang diperparah dengan kekurangan pasokan air bersih. Sedikitnya 15 kasus warga terkena wabah kolera telah dilaporkan di bagian barat negara itu, kata Kementerian Kesehatan Burundi.

"Para pasien kolera dirawat di sebuah rumah sakit di kota Bujumbura dan pusat-pusat perawatan lainnya," ujar Polycarpe Ndayizeye, juru bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat dan Pengendalian AIDS, kepada para wartawan di ibukota Gitega.

Baca Juga

Ndayizeye mendesak otoritas kesehatan dan penduduk di daerah yang terkena dampak di Bujumbura, Gatumba dan Rugombo serta semua pemangku kepentingan lainnya untuk bergabung dalam upaya melawan kolera. Dia juga mendesak warga, terutama yang tinggal di distrik-distrik yang terkena dampak, untuk mematuhi aturan kebersihan.

Awal tahun ini, kolera menewaskan dua orang di distrik kesehatan Bujumbura, khususnya di pantai Kajaga di Danau Tanganyika. Kekurangan air bersih secara teratur dilaporkan terjadi di bagian barat Burundi, terutama selama periode kekeringan dari bulan Mei hingga September, yang menyebabkan wabah kolera.

Wabah kolera baru-baru ini di Wilayah Afrika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memengaruhi 15 negara, menurut laporan terbaru pada bulan Agustus. Wabah terbaru ini melanda enam negara, termasuk Burundi, Kamerun, Kenya, Mozambik, Uganda, dan Zimbabwe, dengan lebih dari 200 kasus baru.

WHO mengatakan bahwa tren di seluruh wilayah ini sedang menurun dan sedang dipantau secara ketat. Namun, WHO meminta negara-negara untuk meningkatkan kesiapan, meningkatkan pengawasan, dan melembagakan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian di masyarakat dan di sekitar perlintasan perbatasan untuk mencegah dan mengurangi infeksi lintas batas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement