Rabu 13 Sep 2023 18:47 WIB

Kim Jong Un: Rusia akan Menang Melawan ‘Iblis’ di Ukraina

Putin mengisyaratkan perang akan berlangsung lebih panjang di Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan pemimpin Korut Kim Jong Un bertemu di Kota Tsiolkovsky, Rusia, Rabu (13/9/2023).
Foto:

Para pejabat AS dan Korea Selatan (Korsel) meyakini Kim akan memasok senjata dan amunisi untuk Rusia. Keduanya akan digunakan dalam perang di Ukraina yang telah berlangsung 18 bulan. Baik Moskow maupun Pyongyang, menampik tuduhan itu. 

Putin menyatakan dalam pertemuan dengan Kim, kerja sama militer menjadi bahan perbincangan. Namun ia tak menyampaikan keterangan perinci. Menhan Rusia Sergei Shoigu hadir dalam percakapan itu dan Kremlin menyatakan pembicaraan sensitif itu bukan konsumsi publik. 

Ketika ditanya oleh media Rusia siapa yang memberikan akses signifikan dalam pertemuan jika Rusia akan membantu Kim membangun satelit, Putin menyatakan,’’Itulah mengapa kami datang ke sini.’’

Putin dan Kim bertemu di Vostochny Cosmodrome, simbol ambisi Rusia sebagai penguasa ruang angkasa. Korut sudah dua kali gagal meluncurkan satelit dalam empat bulan ke belakang. Putin menunjukkan peluncur roket angkasa sepanjang 42,7 meter ke Kim. 

Putin mengatakan bahwa Kim sangat tertarik dengan cara pembuatan roket selama kunjungan itu. Sebelum bertemu Putin, Kim menandatangani buku tamu dan menulis dalam bahasa Korea,’’Jayalah Rusia, yang melahirkan penakluk ruang angkasa pertama, akan abadi.’’

Bagi Rusia, pertemuan Putin dengan Kim merupakan kesempatan untuk memancing sikap AS yang selama ini mendukung Ukraina. Meski tak jelas sejauh mana Rusia mempersiapkan diri untuk memenuhi daftar bantuan teknologi yang diinginkan. 

Putin dan Kim saling memanggil dengan sebutan ‘comrades’ pada jamuan makan siang. Di tengah perang Ukraina, AS dan negara sekutu pendukung Ukraina memantau apakah kunjungan Kim ini menjadi pembuka jalan untuk memasok artileri bagi Rusia. 

Di sisi lain, Rusia dan Cina menentang sanksi-sanksi baru pada Korut. Mereka mengeblok upaya yang dikomandoi AS dan membelah Dewan Keamanan PBB untuk pertama kalinya sejak mereka menghukum Pyongyang pada 2006. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement