Sabtu 16 Sep 2023 09:00 WIB

Korban Tewas Banjir Libya Tembus 11.300 Jiwa

Pencarian korban masih terus dilakukan dan diprediksi bakal terus bertambah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Warga mencari korban selamat akibat banjir bandang di Derna, Libya, Rabu, 13 September 2023.
Foto: AP Photo/Yousef Murad
Warga mencari korban selamat akibat banjir bandang di Derna, Libya, Rabu, 13 September 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Bulan Sabit Merah Libya mengatakan, korban tewas akibat banjir bandang yang melanda negara tersebut telah mencapai 11.300 jiwa. Sementara itu lebih dari 10 ribu orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Sekretaris Jenderal Bulan Sabit Merah Libya Marie el-Drese mengungkapkan, saat ini upaya pencarian korban masih terus dilakukan. Jumlah korban jiwa diprediksi masih akan bertambah dan jauh melampaui dari yang sudah tercatat sekarang. Wali Kota Derna Abdel-Moneim al-Ghaithi mengatakan jumlah korban tewas bisa meningkat menjadi 20 ribu jiwa.

Baca Juga

Berikut penjelasan tentang banjir bandang yang menyapu Libya.

Apa yang terjadi?

Pada Ahad (10/9/2023) lalu, badai Daniel yang menerjang Libya menyebabkan banjir besar di wilayah timur negara tersebut. Namun daerah yang paling parah terkena dampaknya adalah Derna.

Saat badai menghantam kota pesisir itu pada Ahad malam, warga mengatakan mereka mendengar ledakan keras. Ledakan tersebut berasal dari dua bendungan yang jebol dan dan ambrol.

Air banjir mengalir ke Wadi Derna, sebuah lembah yang membelah Derna. Tak hanya menghancurkan bangunan-bangunan, banjir juga menghanyutkan orang-orang ke laut. Menurut Ketua Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Petteri Taalas, sebagian besar korban jiwa sebenarnya bisa dihindari.

“Jika layanan meteorologi beroperasi normal, mereka bisa saja mengeluarkan peringatan. Otoritas manajemen darurat akan mampu melakukan evakuasi,” ucapnya kepada awak media di Jenewa, Swiss, Kamis (14/9/2023) lalu.

Awal pekan ini WMO mengungkapkan bahwa Pusat Meteorologi Nasional Libya mengeluarkan peringatan 72 jam sebelum banjir. Mereka memberitahukan semua otoritas pemerintah melalui email dan media.

Para pejabat di Libya timur juga memperingatkan masyarakat tentang badai yang akan datang. Sehari sebelum badai menerjang, para pejabat Libya telah memerintahkan penduduk untuk mengungsi dari daerah pesisir. Namun tidak ada peringatan mengenai runtuhnya bendungan tersebut.

Dua bendungan yang runtuh di luar Derna dibangun pada tahun 1970-an. Sebuah laporan oleh badan audit yang dikelola negara pada tahun 2021 mengatakan kedua bendungan itu tidak dipelihara. Padahal ada alokasi lebih dari 2 juta euro untuk tujuan tersebut pada 2012 dan 2013.

Perdana menteri Libya yang berbasis di Tripoli, Abdul-Hamid Dbeibah, mengakui masalah pemeliharaan tersebut dalam rapat kabinet pada Kamis lalu. Dia meminta Jaksa Penuntut Umum untuk segera membuka penyelidikan atas runtuhnya bendungan tersebut.

Bagaimana dampak konflik di Libya terhadap bencana tersebut?

Dampak yang sangat menghancurkan dari badai Daniel mengejutkan banyak pihak. Hal itu turut memperlihatkan kerentanan Libya yang didera konflik sejak jatuhnya rezim Muammar Qaddafi pada 2011. Sejak saat itu, Libya terlibat perang saudara. Terdapat dua pemerintahan yang bersaing: satu berbasis di Tripoli dan dan satu lainnya berbasis di Tobruk.

Salah satu dampak dari terpecahnya pemerintahan di Libya adalah meluasnya pengabaian infrastruktur. Bencana badai Daniel menghadirkan momen persatuan yang jarang terjadi. Lembaga-lembaga pemerintah di seluruh Libya bergegas membantu daerah-daerah yang terkena dampak.

Pemerintahan yang berbasis di Tobruk memimpin upaya bantuan. Sementara yang berbasis di Tripoli mengalokasikan dana setara dengan 412 juta dolar AS untuk rekonstruksi di Derna dan kota-kota timur lainnya. Kelompok bersenjata di Tripoli juga mengirimkan konvoi bantuan kemanusiaan.

Bagaimana perkembangan saat ini?

 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement