Ahad 17 Sep 2023 17:59 WIB

Buntut ‘Raibnya’ Menhan, Gejolak di Pemerintahan China Picu Kekhawatiran

China melakukan perombakan terhadap pejabat militer

Rep: Lintar Satria / Red: Nashih Nashrullah
Menteri Pertahanan Cina, Li Shangfu dilaporkan sedang diselidiki atas tuduhan korupsi pengadaan militer.
Foto:

Penyelidikan dan absennya Li tidak biasa karena kecepatannya dan jangkauannya hingga ke kelompok elite pilihan Xi. 

"Semua ini terjadi begitu tiba-tiba dan tidak jelas. Satu hal yang kini dapat kita lihat adalah  kedekatan tidak sama dengan perlindungan di dunia Xi," kata pengamat keamanan yang berbasis di Singapura, Alexander Neill.

Walaupun tidak berada di posisi komando, Li salah satu dari tujuh anggota Komisi Militer China dan salah satu dari lima konselor negara, posisi yang lebih tinggi dari menteri biasa. 

Sejumlah pengamat yakin ia dekat dengan Jenderal Zhang Youxia yang merupakan atasannya di Komisi Militer China dan dia juga diyakni sekutu terdekat Xi di PLA. 

Washington menjatuhkan sanksi ke Li pada tahun 2018 lalu karena membeli senjata dari Rusia. Upaya Amerika Serikat untuk mempererat hubungan militer dalam forum keamanan di Singapura pada Juni juga gagal. 

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin hanya berjabat tangan dengan Li tanpa menggelar pertemuan bilateral.

Para diplomat mengatakan diplomasi militer China sangat penting, terutama bagi Amerik Serikat dan juga dengan negara-negara lain. Seiring dengan semakin intensifnya China mengerahkan pasukan di sekitar Taiwan, pulau demokrastis yang Beijing klaim bagian dari wilayahnya. 

Diplomasi dengan militer China juga dianggap penting untuk menyelesaikan sengketa di Laut China Timur dan Selatan. 

Baca juga: 10 Fakta Adam dan Keluarganya Setelah Berada di Bumi yang Juga Disebutkan dalam Alquran

 

“(Jika nasib Li) mencerminkan Xi semakin fokus pada urusan dalam negeri, hal ini tidak baik bagi kami yang menginginkan keterbukaan dan jalur komunikasi yang lebih besar dengan militer China,” kata seorang diplomat Asia. 

Pengamat politik dari National University of Singapore Ja Ian Chong  mengatakan karena keterlibatan PLA dengan pasukan Asia Tenggara mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, perubahan cepat yang terjadi baru-baru ini di Beijing “mendorong spekulasi dan kekhawatiran mengenai kelangsungan kebijakan.”

 

“Perombakan militer saat ini kemungkinan akan menarik perhatian, mengingat meningkatnya aktivitas PLA di dekat Taiwan dan Laut China Timur, serta peningkatan aktivitas paramiliter di Laut China Selatan, karena tindakan tersebut menciptakan potensi risiko kecelakaan, eskalasi dan krisis,” kata Chong.   

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement