Senin 18 Sep 2023 14:26 WIB

Kim Jong-un Pulang Setelah Sepekan di Rusia

Rusia ingin mengembangkan kerja sama yang setara dan adil dengan Korut

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pemimpin Korea Utara Korut (Korut) Kim Jong Un bertolak pulang setelah satu pekan di Rusia.
Foto: EPA-EFE/KCNA
Pemimpin Korea Utara Korut (Korut) Kim Jong Un bertolak pulang setelah satu pekan di Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID,  SEOUL -- Pemimpin Korea Utara Korut (Korut) Kim Jong-un bertolak pulang setelah satu pekan di Rusia. Dalam kunjungan tersebut ia bertemu dengan Presiden Vladimir Putin untuk membahas kerja sama militer dan bidang lainnya.

Kantor berita Rusia, RIA, merilis video yang memperlihatkan Kim Jong-un berjalan di atas karet merah menuju gerbong keretanya di Kota Artyom. Ia melambaikan tangan sambil diiringi musik dari band militer.

Baca Juga

Artyom terletak 254 kilometer dari stasiun Khasan di perbatasan Rusia-Korut. Kim Jong Un jarang meninggalkan negara.

"(Kunjungan ini menandai) masa kejayaan persahabatan dan solidaritas serta kerja sama yang terbuka dalam sejarah perkembangan hubungan antara DPRK (Korut) dan Rusia,” kata kantor berita pemerintah Korut, KCNA, Ahad (18/9/2023).

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow ingin mengembangkan “kerja sama yang setara dan adil” dengan Korut. Meski Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi ke Pyongyang.

"Kami belum mengumumkan sanksi terhadap Korea Utara, Dewan Keamanan telah melakukan hal itu. Jadi, mengajukan banding pada Dewan Keamanan dan kami akan mengembangkan kerja sama yang setara dan adil dengan DPRK," kata Lavrov dalam wawancara dengan stasiun televisi pemerintah Rusia.

Sebelumnya Kremlin mengatakan pihaknya mematuhi sanksi PBB. Namun, memiliki hak untuk mengembangkan hubungan dengan negara tetangga, termasuk yang berkaitan dengan topik sensitif.

Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya khawatir dengan menghangatnya hubungan militer antara kedua negara tetangga itu. Sebab dilakukan di tengah invasi Rusia ke Ukraina dan upaya Korut mengembangkan rudal dan senjata nuklir.

Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat mengatakan kerja sama militer antara Korut dan Rusia akan melanggar sanksi PBB terhadap Pyongyang. Dua negara itu memastikan ada konsekuensi atas kerja sama militer Rusia-Korut.

Dalam tanggapan tertulisnya atas kerja sama militer Pyongyang-Moskow, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol mengatakan kemitraan militer semacam itu “ilegal dan tidak adil.” Ia menambahkan masyarakat internasional akan “bersatu lebih erat” untuk mengatasi hubungan yang semakin erat antara Moskow dan Pyongyang.

Yoon akan berangkat ke New York pada Senin (18/9/2023) untuk menghadiri Majelis Umum PBB. Rusia mempublikasikan kunjungan Kim besar-besaran, dengan berulang kali memberikan petunjuk tentang prospek kerja sama militer dengan Korut.

Korut dan Rusia saling bertukar pendapat....

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement