Rabu 20 Sep 2023 06:36 WIB

Berpidato di PBB, Erdogan Sebut Islamofobia Menyebar Seperti Virus di Negara Maju

Erdogan menilai, Islamofobia telah mencapai titik puncaknya yang berbahaya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengangkat isu penistaan dan pembakaran Alquran saat berpidato di sidang Majelis Umum PBB, Selasa (19/9/2023).
Foto: EPA-EFE/MICK TSIKAS
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengangkat isu penistaan dan pembakaran Alquran saat berpidato di sidang Majelis Umum PBB, Selasa (19/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengangkat isu penistaan dan pembakaran Alquran saat berpidato di sidang Majelis Umum PBB, Selasa (19/9/2023). Dia menilai Islamofobia telah mencapai titik puncaknya yang berbahaya.

“Rasialisme, xenofobia, dan Islamofobia, yang menyebar seperti virus terutama di negara-negara maju, telah mencapai tingkat yang tidak dapat ditoleransi,” kata Erdogan dalam pidatonya, dikutip Anadolu Agency.

Menurut Erdogan, tanda-tanda xenofobia, rasialisme, dan Islamofobia yang berkembang menjadi krisis baru telah mencapai tingkat mengkhawatirkan pada tahun lalu. Dia menyesalkan bahwa politisi populis di banyak negara terus bermain api dengan mendorong tren berbahaya ini.

“Mentalitas yang mendorong serangan keji terhadap Alquran di Eropa dengan membiarkannya berkedok kebebasan berekspresi sebenarnya sedang menggelapkan masa depan Eropa,” ujar Erdogan.

Dia menegaskan Turki akan terus mendukung inisiatif untuk memerangi Islamofobia di semua platform, khususnya PBB, Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE), dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Erdogan meminta para pemimpin dunia yang menolak serangan terhadap nilai-nilai suci tersebut mendukung perjuangan Turki.

Sepanjang tahun ini, aksi penistaan dan pembakaran Alquran terjadi berulang kali di Eropa, terutama di Swedia dan Denmark. Pada Januari lalu, politisi sayap kanan berkebangsaan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, beberapa kali melakukan aksi pembakaran Alquran. Dia melakukan aksinya di dekat gedung Kedutaan Besar Turki di Stockholm dan Kopenhagen. Aksi tersebut merupakan bentuk protes Paludan karena Turki tak kunjung menyetujui permohonan keanggotaan Swedia ke Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Meski menuai kecaman dari dunia Muslim, aksi pembakaran Alquran terus berlanjut di Swedia. Setelah Paludan, pelaku utama pembakaran adalah Salwan Momika, yakni imigran asal Irak. Sementara di Denmark, aksi penistaan dan pembakaran Alquran berulang kali dilakukan anggota kelompok sayap kanan Danske Patrioter.

Swedia dan Denmark mengecam aksi penistaan serta pembakaran Alquran...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement