Rabu 20 Sep 2023 22:47 WIB

Percepat Aksi Balasan, Tentara Ukraina Berharap Perolah Bantuan Senjata Lebih Banyak

Ukraina mengklaim telah merebut kembali dua desa di selatan Bakhmut baru-baru ini.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Penduduk lokal Oleksandr melihat tank Rusia yang rusak di dekat rumahnya yang hancur di daerah yang baru saja direbut kembali di dekat Izium, Ukraina, Rabu, 21 September 2022. ilustrasi
Foto: AP/Oleksandr Ratushniak
Penduduk lokal Oleksandr melihat tank Rusia yang rusak di dekat rumahnya yang hancur di daerah yang baru saja direbut kembali di dekat Izium, Ukraina, Rabu, 21 September 2022. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BAKHMUT -- Meskipun baru-baru ini pasukan Kiev memperoleh kemenangan di medan perang, tentara Ukraina yang bertempur di front timur mengatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak persenjataan Barat untuk mempercepat serangan balasan terhadap pasukan Rusia.

Kiev mengatakan bahwa dalam pertempuran baru-baru ini mereka telah merebut kembali dua desa di selatan Bakhmut. Capaian ini akan membantu pasukan Ukraina untuk maju ke kota di bagian timur yang telah dikuasai oleh pasukan Rusia sejak bulan Mei lalu.

Baca Juga

Namun, pasukan yang berlindung di sebuah bunker di dekat Bakhmut pekan ini mengatakan bahwa mereka masih sangat bergantung pada peluncur roket Grad dari era Soviet. Mereka bermimpi untuk mendapatkan peluncur roket HIMARS buatan Amerika Serikat yang lebih canggih.

"Segalanya akan lebih cerah, jauh lebih menarik jika kita memiliki HIMARS," kata seorang prajurit, yang hanya menyebutkan namanya sebagai Denys, saat ledakan bergema di dekatnya. "Atau setidaknya salah satu dari Vampir (peluncur roket) buatan Ceko," katanya.

Negara Barat telah memberi Ukraina persenjataan senilai miliaran dolar sejak invasi Rusia hampir 19 bulan yang lalu, dan beberapa tentara Ukraina telah menggunakan Vampir dan HIMARS.

Namun, Denys menyuarakan pendapat Presiden Volodymyr Zelenskyy, yang akan bertemu dengan para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB minggu ini, dengan mengatakan bahwa Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata untuk mengusir pasukan Rusia.

"Kita harus menang. Dan membakar Moskow," kata Denys. "Kami membutuhkan lebih banyak senjata, lebih banyak lagi. Senjata yang bagus, senjata yang lebih akurat."

Para tentara yang berbicara dengan Reuters di dekat garis depan mengatakan bahwa kini ada lebih banyak optimisme di pasukan Ukraina, bila dibandingkan pada awal perang.

"Saat-saat terburuk dan paling menakutkan adalah ketika kami mengira mereka akan datang ke sini, ke rumah kami," kata seorang tentara bernama Ivan, pikirannya terputus oleh sebuah ledakan keras.

Serangan balasan yang sudah berlangsung selama hampir empat bulan ini dikritik oleh beberapa pejabat Barat sebagai serangan yang terlalu lambat. Hal ini karena situasi pasukan Ukraina menghadapi ladang ranjau dan parit yang luas.

Namun, tentara Ukraina menunjukkan  kepercayaan diri mereka semakin meningkat, terutama setelah berhasil merebut kembali desa Andriivka dan Klishchiivka yang berjarak sekitar 8 kilometer (5 mil) di sebelah selatan Bakhmut.

Rusia, yang tidak mengakui kehilangan Andriivka dan Klishchiivka, melihat Bakhmut sebagai batu loncatan untuk merebut kota-kota lain di Ukraina. Merebut kembali kota itu akan dilihat di Ukraina sebagai kemenangan simbolis yang penting.

"Dua hari setelah pembebasan Klishchiivka, kota ini lebih tenang," kata seorang komandan yang menyebut namanya Vladyslav.

"Mungkin saja mereka (pasukan Rusia) telah mengubah posisi mereka. Atau mungkin sedang membangun posisi baru. Namun, selama dua minggu, dua bulan, tak ada ketenangan. Itu tidak terjadi."

Dia mengatakan bahwa pesawat Rusia "membuat hidup menjadi sulit" dan serangan pesawat tak berawak "semakin terlihat akhir-akhir ini."

Hingga persenjataan Barat yang lebih canggih tiba, para prajurit kemungkinan akan terus mengandalkan Grad (yang berarti "hujan es") yang mulai digunakan pada 1960-an.

"Ini adalah persenjataan yang cukup kuat," kata Vladyslav, 30 tahun. "Senjata ini bekerja di area yang banyak orang, di atas peralatan, dan terutama saat serangan." 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement