REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Sedikitnya 60 pengungsi Kongo yang merupakan penyintas dari berbagai konflik bersenjata telah meninggal akibat kelaparan di kamp penampungan yang terletak di provinsi Kwilu, Kongo tengah. Hal ini dikonfirmasi oleh Komisi Kemanusiaan Provinsi Kongo Tengah, pada Jumat (22/9/2023).
Jumlah korban tewas merupakan bagian dari sekitar 4.600 pengungsi yang tinggal di kamp provinsi Kwilu. Radio PBB di Kongo mengatakan lebih dari 4.600 pengungsi dari wilayah Kwamouth di provinsi Mai-Ndombe kini hidup tanpa makanan dan bantuan lainnya di tempat mereka mengungsi di wilayah Bandundu, provinsi tetangga Kwilu.
Penasihat senior dari Aksi Kemanusiaan Kwilu, Frederic Nkumpum, mengatakan bahwa kematian tersebut tercatat sejak kedatangan kelompok tersebut di wilayah Bandundu pada akhir Agustus lalu.
"Secara keseluruhan, ada 33 anak-anak yang meninggal dan 27 orang dewasa. Untuk orang dewasa, kami memiliki 17 perempuan dan 10 laki-laki. Mereka ini tidak dibantu, tidak ada intervensi mengenai makanan mereka," katanya dikutip dari Anadolu Agency.
Nkumpum mengatakan Komisi Urusan Kemanusiaan Provinsi meminta bantuan untuk menyelamatkan para pengungsi yang hidup dalam kondisi genting.
"Di sini, di Bandundu, jumlah pengungsi mencapai 4.669 orang. Mereka sangat membutuhkan bantuan. Kami terus mengimbau para pemangku kepentingan untuk datang dan membantu saudara-saudara kami yang menderita di sini," katanya.
Pengungsian merupakan hal yang biasa terjadi di beberapa wilayah di Kongo, di mana para pemberontak dan kelompok milisi menyerang desa-desa dan membunuh warga, sehingga mengakibatkan warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Kongo saat ini menampung 6,2 juta pengungsi internal, menurut badan pengungsi PBB, UNHCR.