REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk membahas status perang dan kebutuhan pasukan pada Kamis (28/9/2023). Rusia sebelumnya menuduh Barat membantu merencanakan dan melakukan serangan rudal di markas besar Armada Laut Hitam di Semenanjung Krimea.
Zelenskyy mengatakan, Stoltenberg setuju untuk melakukan upaya agar anggota NATO membantu menyediakan sistem pertahanan udara tambahan. Penambahan ini untuk melindungi pembangkit listrik dan infrastruktur energi Ukraina yang rusak parah akibat serangan Rusia musim dingin lalu.
Menurut Zelenskyy, Stoltenberg mengingatkan mengenai serangan pesawat tak berawak, rudal, dan artileri yang terus-menerus yang sering menyerang daerah pemukiman. “Dalam menghadapi serangan intens terhadap warga Ukraina, terhadap kota-kota kita, pelabuhan-pelabuhan kita, yang sangat penting bagi keamanan pangan global, kita memerlukan intensitas tekanan yang sesuai terhadap Rusia dan penguatan pertahanan udara kita,” katanya.
Zelenskyy mengatakan, Ukraina sedang mengerjakan sebuah rencana yang akan menguraikan langkah-langkah praktis agar sejalan dengan prinsip dan standar NATO. “Dan sangat penting bagi sekutu untuk sepakat bahwa Ukraina tidak memerlukan rencana aksi untuk keanggotaan NATO,” katanya.
Stoltenberg mengatakan, NATO memiliki kontrak senilai 2,4 miliar euro amunisi untuk Ukraina, termasuk peluru Howitzer 155 mm, peluru kendali anti-tank, dan amunisi tank. “Semakin kuat Ukraina, semakin dekat kita untuk mengakhiri agresi Rusia,” katanya.
“Rusia bisa meletakkan senjata dan mengakhiri perangnya hari ini. Ukraina tidak memiliki pilihan itu. Penyerahan Ukraina tidak berarti perdamaian. Ini berarti pendudukan brutal Rusia. Perdamaian, apa pun risikonya, bukanlah perdamaian sama sekali," ujar Stoltenberg.
Ukraina telah mendorong untuk bergabung dengan NATO dan Stoltenberg menegaskan kembali bahwa masa depan Ukraina terletak pada aliansi militer trans-Atlantik. NATO menjanjikan akan mendukung Kiev selama diperlukan.
Istana Kremlin memandang potensi keanggotaan Ukraina di NATO sebagai ancaman nyata. Rusia mengatakan bahwa mencegah Ukraina bergabung dengan aliansi tersebut adalah salah satu alasan invasi mereka.
Pertemuan Zelenskyy dan Stoltenberg terjadi pada hari yang sama ketika Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu bertemu dengan Zelenskyy. Mereka membahas bagaimana tetap memasok senjata untuk upaya perang.
Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu membawa delegasi yang mencakup sekitar 20 perwakilan kontraktor pertahanan Prancis. Mereka memproduksi drone, robot, artileri, amunisi serta menggunakan kecerdasan buatan dan teknologi siber.
Setelah menyumbangkan sistem pertahanan udara, artileri, kendaraan lapis baja dan persenjataan serta dukungan lainnya kepada Ukraina, Prancis ingin sekali tidak menguras pertahanannya sendiri. Namun pemerintah Perancis sedang menjajaki cara lain untuk membantu Ukraina mempertahankan upaya perangnya.
Lecornu mengatakan, Prancis akan mentransfer lebih sedikit senjata ke Ukraina. Namun melakukan akuisisi langsung, terkadang dengan subsidi Perancis, untuk tentara Ukraina.
“Ini juga merupakan cara bagi kami untuk bertahan dalam jangka panjang dan juga mempertahankan kepentingan Prancis di Kiev,” kata Lecornu dalam komentar yang disiarkan oleh lembaga penyiaran Prancis //BFMTV//.
Sedangkan sehari sebelumnya, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps menegaskan kembali dukungan pemerintah Inggris untuk Ukraina. Dia berjanji untuk menyediakan lebih banyak amunisi ketika serangan balasan Ukraina berjalan lambat.
Shapps mengatakan kepada Zelenskyy, bahwa dia secara pribadi merasa sedih dengan penderitaan yang dialami negaranya. “Dukungan kami untuk Anda, untuk Ukraina tetap tidak berubah,” kata Shapps dalam video yang diposting oleh Zelenskyy.
“Kami berdiri bahu membahu dengan Anda. Kami merasakan kepedihan Anda atas apa yang terjadi dan kami ingin melihat penyelesaiannya, yaitu penyelesaian yang Anda inginkan dan butuhkan," ujarnya.
Tawaran demi tawaran ini sejalan dengan janji anggota NATO dalam pertemuan puncak tahunan NATO musim panas di Lituania. Para anggota menjanjikan lebih banyak dukungan untuk Ukraina tetapi tidak menyampaikan undangan untuk negara tersebut untuk bergabung dengan aliansi.
Para pemimpin NATO mengatakan,akan mengizinkan Ukraina untuk bergabung dengan aliansi tersebut jika sekutu setuju dan persyaratannya terpenuhi. Mereka juga memutuskan untuk menghilangkan hambatan dalam jalur keanggotaan Ukraina sehingga Ukraina dapat bergabung lebih cepat setelah perang dengan Rusia selesai.