Jumat 29 Sep 2023 11:13 WIB

Kim Jong-un Dorong Korut Tingkatkan Produksi Senjata Nuklir

Peningkatan senjata nuklir ini bisa memicu Perang Dingin baru.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kedua dari kiri) melihat kapal selam nuklir baru di tempat yang tidak ditentukan di Korea Utara pada 6 September 2023.
Foto: Korean Central News Agency/Korea
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kedua dari kiri) melihat kapal selam nuklir baru di tempat yang tidak ditentukan di Korea Utara pada 6 September 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, menyerukan peningkatan eksponensial dalam produksi senjata nuklir. Peningkatan ini dalam upaya Pyongyang memainkan peran yang lebih besar dalam koalisi melawan Amerika Serikat (AS) dalam Perang Dingin baru.

Kantor berita resmi pemerintah Korut KCNA melaporkan pada Kamis (28/9/2023), Kim menggambarkan dunia sedang memasuki Perang Dingin baru. Dia menegaskan, Korut harus meningkatkan kemampuan nuklirnya sebagai tanggapannya.

Baca Juga

Kim melontarkan komentar tersebut dalam sesi dua hari parlemen Korut pada 26-27 September. Dalam sesi itu mengamandemen konstitusi untuk memasukkan kebijakannya memperluas program senjata nuklir Pyongyang.

KCNA melaporkan, para anggota majelis memberikan persetujuan dengan suara bulat terhadap klausul baru dalam konstitusi. Konstitusi ini dinilai menjamin hak negara untuk hidup dan berkembang, mencegah perang, dan melindungi perdamaian regional dan global dengan mengembangkan senjata nuklir secara cepat ke tingkat yang lebih tinggi.

“Kebijakan pembangunan kekuatan nuklir Korea Utara telah dijadikan permanen sebagai hukum dasar negara, yang tidak boleh diabaikan oleh siapa pun,” kata Kim dalam pidatonya di sidang tersebut.

Kim menekankan perlunya mendorong upaya untuk meningkatkan produksi senjata nuklir secara eksponensial dan mendiversifikasi cara serangan nuklir. Sesi Majelis Rakyat Tertinggi diadakan setelah Kim melakukan perjalanan ke Far East Rusia bulan ini. Dia bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mengunjungi situs militer dan teknologi.

Kunjungan tersebut memicu kekhawatiran Barat mengenai kemungkinan aliansi senjata dengan keterlibatan Korut memasok amunisi yang sangat dibutuhkan Putin di Ukraina. Tawaran ini menjadi imbalan bantuan ekonomi dan teknologi canggih Moskow untuk meningkatkan sistem nuklir dan rudal Pyongyang.

Ketika Korut perlahan-lahan mengakhiri penguncian akibat pandemi Covid-19, Kim telah secara aktif meningkatkan kemitraannya dengan Moskow dan Beijing. Dia berupaya untuk keluar dari isolasi diplomatik dan bergabung dalam front persatuan melawan Washington.

Laporan KCNA mengenai komentar Kim muncul sehari setelah Korea Utara mengkonfirmasi pembebasan Prajurit Angkatan Darat AS. Travis King, yang kini diterbangkan kembali ke Amerika, dua bulan setelah ia berlari melintasi perbatasan yang dijaga ketat menuju Utara. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement