Sabtu 30 Sep 2023 16:47 WIB

Kinerja Induk BUMA Positif, dan Pertama Kali Raih Pendanaan Syariah

Pada 2023, pendapatan Delta Makmur jadi 0,86 miliar dolar AS atau Rp 13,35 triliun.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Erik Purnama Putra
Pendapatan Delta Dunia Makmur Tbk pada semester pertama 2023 meningkatk.
Foto: Republika.co.id
Pendapatan Delta Dunia Makmur Tbk pada semester pertama 2023 meningkatk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delta Dunia Makmur Tbk (Delta Dunia Group), perusahaan induk dari PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), BUMA Australia Pty Ltd (BUMA Australia), PT Bukit Teknologi Digital (B-TECH), dan PT BISA Ruang Nuswantara (BIRU), melaporkan pertumbuhan volume dan EBITDA yang kuat. Hal itu diikuti rasio utang bersih terhadap EBITDA terendah di semester pertama 2023 (1H 2023).

"Total pendapatan meningkat menjadi 0,86 miliar dolar AS atau sekitar Rp 13,35 triliun), meningkat signifikan sebesar 19 persen secara tahunan (year-on-year/YoY)," kata Direktur Delta Dunia Group, Dian Andyasuri dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (30/9/2023).

Menurut dia, kinerja operasional yang kuat ditunjukkan dengan menghasilkan 286 juta bank cubic meter (bcm), peningkatan volume overburden (OB) sebesar 10 persen YoY, dan 42 juta metrik ton (MT) batu bara, serta peningkatan produksi batu bara sebesar dua persen YoY. EBITDA naik menjadi 175 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,71 triliun, yang meningkat tujuh persen YoY. Capaian itu menunjukkan kekuatan operasional Grup.

Dian menerangkan, terlepas dari tantangan industri, Grup mempertahankan marjin yang kuat, dengan sedikit penurunan sebesar tiga persen YoY. Hal itu terutama disebabkan oleh tekanan inflasi dalam operasional di Indonesia. "Sebaliknya, Australia berhasil mempertahankan marjinnya meskipun ada peningkatan biaya dari kontrak baru," ujarnya.

Sementara itu, laba bersih sedikit menurun menjadi lima juta dolar AS atau sekitar Rp 77,63 miliar. Penurunan 13 persen YoY, sebagian besar disebabkan peningkatan pendanaan yang lebih tinggi akibat dari kenaikan London Inter-Bank Offered Rate (LIBOR).

Adapun belanja modal (capex) sebesar 44 juta dolar AS atau sekitar Rp 683,14 miliar, dan arus kas operasional (OCF) meningkat menjadi 143 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,22 triliun. Hal itu terjadi karena peningkatan EBITDA sehingga menghasilkan arus kas bebas (FCF) yang positif sebesar 105 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,63 triliun.

"Untuk saldo kas sebesar 218 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,38 triliun pada akhir semester I 2023. Kesehatan keuangan yang kuat dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA sebesar 1,99 kali, terendah dalam lima tahun terakhir, yang mencerminkan manajemen keuangan yang hati-hati dan disiplin dalam industri yang padat modal," kata Dian.

Selain itu, pada September 2023, BUMA mencatat sebuah pencapaian yang signifikan dengan menerima pembiayaan sindikasi syariah pertama dalam sejarah perusahaan. Total nilai fasilitas pembiayaan tersebut sebesar 60 juta dolar AS atau sekitar Rp 931,56 miliar.

Pinjaman didapatkan dari PT Bank Muamalat Indonesia Tbk sebagai mandated lead arranger (MLA), agen fasilitas, dan agen jaminan dengan nilai pembiayaan sebesar 50 juta dolar AS atau sekitar Rp 776,3 miliar. "Di tengah tantangan yang berat, kami tidak hanya berhasil melewati badai tetapi juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan," kata Dian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement