Selasa 03 Oct 2023 03:41 WIB

Armenia Desak Uni Eropa Jatuhkan Sanksi Kepada Azerbaijan

Armenia menuduh Azerbaijan melakukan pembersihan etnis.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Gambar yang diambil dari video yang disediakan oleh layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan pasukan penjaga perdamaian Rusia mengevakuasi warga sipil Nagorno-Karabakh.
Foto:

Para diplomat mengatakan, anggota Uni Eropa sedang berjuang untuk menemukan konsensus. Beberapa negara, seperti Perancis dan Belanda, ingin setidaknya mempertimbangkan tindakan keras. Sementara negara lain seperti Hongaria dan Rumania enggan menggunakan kekerasan.

Upaya Uni Eropa untuk mendapatkan respons menjadi rumit karena mereka bergantung pada minyak dan gas Azerbaijan. Uni Eropa mengalihkan impor energi dari Rusia ke Azerbaijan akibat perang Moskow di Ukraina.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengunjungi Aliyev di Baku tahun lalu untuk menandatangani nota kesepahaman di bidang energi. Von der Leyen menyatakan,Azerbaijan sebagai mitra penting Uni Eropa.

Balayan bersikeras, Uni Eropa mempunyai pengaruh nyata terhadap energi, karena Azerbaijan sangat bergantung pada negara-negara Eropa sebagai pelanggan. Dia mengatakan pertemuan puncak di Granada antara Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Aliyev, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel akan membuahkan hasil jika Uni Eropa bersikap keras dengan Azerbaijan.

"Kecuali ada garis merah tertentu yang ditaruh di hadapan Aliyev secara pribadi karena tidak menepati janjinya, itu akan sia-sia lagi," kata Balayan.

Balayan menyuarakan kekhawatirannya bahwa Azerbaijan akan menggunakan kekuatan untuk membangun koridor darat melalui wilayah Armenia ke eksklave Nakhchivan, yang juga akan menghubungkan ke Turki, sekutu Baku. Azerbaijan menegaskan, pihaknya tidak berniat mengambil tindakan seperti itu.

Namun Balayan mengatakan, tujuan militer Azerbaijan bisa melampaui Nakhchivan. Karena Aliyev telah membuat komentar yang menegaskan wilayah Armenia dulunya adalah bagian dari Azerbaijan.

Balayan mengatakan, Armenia dibiarkan terekspos dalam hal keamanan karena sekutu tradisionalnya yaitu Rusia tidak mengirimkan pesanan senjata senilai ratusan juta dolar. “Kami berada dalam posisi yang sangat rentan,” kata Balayan.

Balayan menolak merinci bantuan keamanan seperti apa yang diinginkan Aremenia. Dia mengatakan, itu adalah masalah ahli teknis.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement