Jumat 06 Oct 2023 14:19 WIB

Swedia Berupaya Pulihkan Kepercayaan Negara Muslim

Citra Swedia tercoreng akibat maraknya aksi pembakaran Alquran

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
 Polisi Swedia menahan seorang wanita (tengah) yang menyemprot seorang aktivis anti-Islam dengan alat pemadam api, saat aktivis itu melakukan pembakaran Alquran di luar Kedutaan Besar Iran di Stockholm.
Foto: EPA-EFE/Fredrik Sandberg/TT SWEDEN OUT
Polisi Swedia menahan seorang wanita (tengah) yang menyemprot seorang aktivis anti-Islam dengan alat pemadam api, saat aktivis itu melakukan pembakaran Alquran di luar Kedutaan Besar Iran di Stockholm.

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billström akan segera mengadakan pertemuan baru di Arab Saudi, Oman dan Aljazair. Hal ini dilakukan untuk membangun kembali kepercayaan setelah beberapa kali pembakaran Alquran tahun ini.

Meskipun pembicaraan antara perwakilan Swedia dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada pertemuan PBB pekan lalu di New York telah memperbaiki hubungan yang saat ini agak tegang, Billström yakin masih ada pekerjaan yang harus dilakukan.

Baca Juga

“Butuh waktu lama untuk membangun kembali kepercayaan. Prioritas saya untuk sisa mandat saya adalah bekerja dengan negara-negara ini," kata dia kepada pers Swedia, dikutip di Euractiv, Jumat (6/10/2023).

Dalam beberapa bulan terakhir, Swedia diwarnai aksi pembakaran Alquran. Meskipun diizinkan dan dilindungi di bawah payung kebebasan berekspresi, tetapi hal ini telah merusak citra Swedia di dunia Muslim.

Atas tindakan ini, ribuan orang melakukan demonstrasi di beberapa negara mayoritas Muslim. Bahkan, OKI mengadakan pertemuan darurat yang dihadiri 57 menteri luar negeri.

Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, menyerukan warganya untuk memprotes Swedia, serta menekankan persatuan nasional atas Al-Quran. Di sisi lain, Irak juga melakukan protes dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Swedia, penarikan duta besar, serta kedutaan besar Swedia di Baghdad diserbu dengan kekerasan.

Kampanye disinformasi juga muncul secara daring. Hal tersebut menargetkan beberapa negara mayoritas Muslim, dengan klaim palsu bahwa layanan sosial Swedia terlibat dalam penculikan anak.

Menurut Billström, upaya Swedia untuk mendapatkan kembali kepercayaan negara-negara OKI dimulai dengan sungguh-sungguh selama kegiatan Majelis Umum PBB di New York pada bulan September. Langkah ini akan diintensifkan dengan rencana perjalanan ke Oman, Arab Saudi dan Aljazair dalam waktu dekat.

“Kesan saya adalah kita telah mencapai beberapa kemajuan melalui upaya diplomasi yang intensif. Kami telah berbicara dengan beberapa negara bagian pada musim panas ini tentang bagaimana kami melihat situasi di Swedia,” ujar Billström.

Salah satu langkah dalam membangun kembali kepercayaan adalah dengan menjelaskan kepada negara-negara Muslim, bahwa meskipun Swedia menganggap serius pembakaran Alquran, tetapi negara tersebut bermaksud untuk tetap menjadi negara di mana agama dapat dikritik.

Billström bahkan menyebut kritik tersebut dapat dilakukan dengan cara yang mungkin menyinggung orang-orang beriman. Ia juga mengingatkan bahwa Swedia juga memiliki banyak teman di dunia Islam.

“Swedia mempunyai kepentingan dalam rekonsiliasi dengan negara-negara OKI, mengingat semakin banyak warga negaranya yang berasal dari negara-negara ini,” kata seorang sumber yang dekat dengan masalah tersebut. Ia menambahkan bahwa ini adalah alasan sempurna bagi Turki untuk menghalangi upaya Swedia untuk bergabung dalam NATO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement